![]() |
Jembatan Ampera Palembang |
PALEMBANG, SP - Jam di menara Jembatan Ampera masih terus dikeluhkan masyarakat lantaran mati dan jam tidak menunjukkan waktu yang sesungguhnya namun tak kunjung diperbaiki.
Jam menara Ampera yang selalu jadi pusat perhatian bagi siapa saja yang melintasi jembatan ini ternyata daya yang membuatnya hidup ini bukan menggunakan baterai.
Menurut Kepala Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional (PJN) Wilayah III Sumatra Selatan (Sumsel), Nugraha, jam di Jembatan Ampera bergerak dengan daya listrik, sehingga jika ada listrik padam atau turun tegangan jam langsung berhenti dan melambat.
"Tahun 2025, sebetulnya ada pekerjaan perbaikan sistem jam, sehingga tidak bergantung daya listrik. Namun anggaran pekerjaan tersebut terdampak efisiensi," katanya, Selasa (22/4/2025).
Akibat perbaikan jam berdampak terhadap efisiensi anggaran kata Nugraha, maka penyesuaian jam di Jembatan Ampera dan upaya jam selau hidup dan aktif sesuai waktu nyata, menjadi agak sulit.
"Saat ini sedang kami upayakan supaya tetap dapat memperbaiki jam Jembatan Ampera, dengan sumber dana yang ada," katanya.
Nugraha menambahkan, jika pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang ada yang bisa memperbaiki persoalan jam di Jembatan Ampera, tentunya Satuan Kerja PJN Wilayah III Sumsel siap memfasilitasi.
Sebelumnya Walikota Palembang Ratu Dewa mengeluhkan birokrasi perbaikan jam di Jembatan Ampera. Kata Dewa perbaikan harus melalui proses berbelit. Padahal dirinya ingin agar perbaikan jam segera terealisasi dan berfungsi dengan benar.
"Saya sudah berusaha untuk memperbaiki jam di Jembatan Ampera. Namun harus izin di Balai Jalan Nasional Sumsel dan PJN III," katanya.
Dewa menambahkan, dirinya sering menerima keluhan dari masyarakat, baik melalui media sosial Instagram maupun pesan pribadi di WhatsApp. Banyak warga yang menyayangkan kondisi rusak karena Jembatan Ampera merupakan salah satu ikon Palembang.
"Banyak laporan dari warga yang masuk ke saya, baik lewat DM Instagram maupun WhatsApp pribadi. Mereka meminta agar jam itu diperbaiki karena sangat mengganggu estetika dan citra kota. Ini menjadi perhatian kami, tapi kembali lagi, kami harus mengikuti prosedur yang ada," jelasnya. (Ara)