PALEMBANG, SP - Tribina merupakan program pemberdayaan masyarakat yang dibentuk oleh BKKBN dengan tujuan untuk memberikan wawasan kepada masyarakat terkait dengan pembinaan keluarga, yang mengedepankan peran serta kepedulian anggota keluarga guna mencapai kesejahteraan di dalam keluarga. Tri Bina memiliki tujuan khusus untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan orangtua maupun anggota keluarga lainnya dalam membina balita maupun remaja. Untuk balita berhubungan dengan pola asuh balita, perkembangan fisik atau tumbuh kembang balita, kemampuan motorik. Sedangkan untuk remaja mengenai cara efektif berinteraksi dengan remaja, bimbingan kepada anak remaja, dan lain-lain. Selain itu, Tri Bina juga mengedepankan kesejahteraan lansia agar tetap memiliki produktifitas yang baik di lingkungan keluarga dan masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, Tri Bina dibagi menjadi 3 bagian, diantaranya adalah BKB (Bina Keluarga Balita), BKR (Bina Keluarga Remaja), BKL (Bina Keluarga Lansia).
A. BKB (Bina Keluarga
Balita) BKB merupakan salah satu bagian dari Tribina yang khusus mengelola
tentang pembinaan terhadap balita.
Tujuan
dari BKB yaitu untuk menambah wawasan serta meningkatkan ketrampilan orangtua
dalam mengasuh balitanya. Pembinaan tersebut meliputi pola asuh balita,
perhatian orang tua terhadap fungsi motorik balita, gizi seimbang bagi balita,
dan lain-lain. Hubungan antara orangtua dan balita memiliki pengaruh yang besar
bagi balita untuk masa mendatang. Balita dapat dikatakan sebagai golden age
period, dimana masa balita sangat berpengaruh untuk kedepannya. Didikan maupun
asuhan yang tepat dari orangtua untuk balita mampu membentuk generasi mendatang
yang berkualitas. Generasi yang berkualitas akan menciptakan anak- anak yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kepribadian yang
luhur, tumbuh kembang secara optimal, serta menjadi generasi yang cerdas,
terampil, dan sehat. Ada beberapa prinsip yang dapat diterapkan oleh orangtua
dalam hal pola asuh untuk balita, diantaranya adalah:
1. Pola
pengasuhan anak usia dini Dalam pengasuhan anak, terdapat 3 kebutuhan dasar
anak yang harus dipenuhi orangtua, yaitu:
a. Kebutuhan kesehatan dan gizi
b. Kebutuhan
kasih saying
c. Kebutuhan stimulasi
2. Prinsip Gizi Seimbang
a. Makan beraneka ragam makanan
1) Mengenalkan beragam jenis makanan bergizi pada
balita secara bertahap sesuai umur, seperti nasi tim, nasi lunak, aneka olahan
sayuran dan buah dengan berbagai variasi, contohnya jus buah, tim sayuran, dsb.
2) Pemberian ASI hingga anak berusia 2 tahun.
3) Membatasi/menghindari makanan manis untuk anak
seperti, permen, cokelat, dsb.
b.
Membiasakan pola hidup bersih sejak dini
c.
Membiasakan anak untuk beraktivitas fisik di luar rumah
d.
Memantau berat badan balita
1) Pemantauan dilakukan secara teratur
setiap bulan di Posyandu/Puskesmas.
2) Balita tumbuh sehat ditandai dengan kenaikan berat badan sesuai dengan grafik kenaikan berat badan pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
B. BKR (Bina Keluarga Remaja)
Berdasarkan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang pembangunan kependudukan
dan pembangunan keluarga sejahtera. Terdapat 4 (empat) upaya pokok keluarga
berencana nasional, diantaranya adalah pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan
keluarga. Berdasarkan 4 upaya pokok program keluarga berencana nasional, maka
dibentuk BKR (Bina Keluarga Berencana). Program tersebut ditujukan untuk
orangtua maupun anggota keluarga yang memiliki peran untuk membina remaja.
Remaja merupakan periode dimana seseorang telah mengalami kematangan fisik,
mental, maupun emosional. Kebanyakan mereka yang sudah menginjak usia remaja
memiliki pola pikir yang berubah- ubah. Hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap tumbuh kembang serta kualitas diri pada remaja. Oleh karena itu,
tujuan dari program BKR adalah untuk meningkatkan ketrampilan orangtua maupun
anggota keluarga lainnya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi
kepada remaja sebagai upaya untuk menciptakan keluarga yang sejahtera dan
memiliki kualitas yang baik. Dalam pembinaan remaja, terdapat program PUP
(Pendewasaan Usia Perkawinan) yang membahas tentang tingkat kematangan usia
perkawinan. Program tersebut sangat bermanfaat bagi remaja, sehingga mereka
memiliki pengetahuan, kesadaran, serta pertimbangan yang matang terkait dengan
usia perkawinan yang tepat, (usia wanita minimal mencapai 20 tahun dan usia
laki- laki minimal mencapai 25 tahun). Selain pada usia, remaja juga memiliki
pengetahuan tentang aspek- aspek penting lainnya seperti, fisik, mental,
emosional, pendidikan, sosial, ekonomi, serta halhal yang berkaitan dengan
kehamilan. Adapun hal-hal yang perlu digaris bawahi yang berkaitan dengan
program tersebut yaitu, persiapan sebelum menikah, manfaat menunda usia
perkawinan, dan resiko kehamilan wanita pada pernikahan di bawah usia.
1. Hal-
hal penting yang perlu dipersiapkan sebelum menikah, diantaranya adalah :
a. Perencanaan Keluarga Berencana menikah, sebaiknya
kita sudah merencanakan ingin punya anaka berapa, dengan jarak kelahirannya
berapa tahun. Usia perempuan antara 20-35 tahun, merupakan periode yang paling
baik untuk hamil dan melahirkan dengan jarak ideal untuk menjarangkan kehamilan
adalah 5 tahun.
b. Kesiapan Ekonomi Keluarga Diperlukan kesiapan
dan kematangan psikologis dalam arti kesiapan individu dalam menjalankan peran
sebagai suami atau istri dalam rumah tangga.
2. Manfaat menunda usia perkawinan :
a. Remaja
bisa menyelesaikan studinya dan meraik cita- citanya.
b. Lebih mudah melakukan penyesuaian diri
dari status lajang menjadi istri atau suami, dimana dibutuhkan penyesuaian
terus menerus sepanjang perkawinan
c. Perencanaan
jumlah anak, usia hamil dan melahirkan serta jarak kelahiran akan membantu menghindari resiko kesakitan
dan kematian karena proses kehamilan dan persalinan
d. Kesiapan ekonomi akan menghindarkan
keluarga dari permasalahan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
e. Mampu menghadapi berbagai masalah yang
timbul dengan cara bijak dan tidak mudah putus asa
f. Lebih mudah menerima dan menghadapi
konsekuwensi persoalan yang timbul dalam perkawinan
g. Mampu mewujudkan keluarga yang bahagia dan
sejahtera.
3. Resiko kehamilan wanita pada pernikahan
usia dini:
a. Resiko pada proses kehamilan,
misalnya: keguguran, pre eklampsia dan eklampsia, infeksi, anemia, kanker rahim
dan kematian bayi.
b. Resiko
pada proses persalinan, misalnya: prematur, BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah),
kelainan bawaan, kematian bayi, dan kematian ibu.
BKL (Bina Keluarga Lansia) BKL merupakan
program yang ditujukan kepada keluarga yang memiliki lansia (lanjut usia).
Tujuan dari BKL adalah untuk meningkatkan kesejahteraan lansia melalui
kepedulian dan peran anggota keluarga, sehingga terbentuk lansia yang
produktif, aktif, mandiri, sehat, dan bermanfaat bagi keluarga maupun
masyarakat. Di dalam kegiatan BKL, terdapat pembinaan yang berkaitan dengan
pembinaan fisik bagi lansia. Pembinaan tersebut mempertimbangkan faktor usia
dan kondisi fisik yang berbeda- beda setiap orang. Pertimbangan tersebut
bertujuan untuk memberikan pembinaan atau penanganan kepada lansia sesuai
dengan kebutuhan secara maksimal. Terkait dengan pembinaan terhadap lansia,
terdapat beberapa masalah psikis yang dialami lansia, diantaranya adalah
kecemasan dan ketakutan. Kecemasan meliputi cemas akan perubahan fisik, fungsi
anggota tubuh, kekuatan sosial, dan terasingkan dari kehidupan sosial
masyarakat. Di samping itu, ketakutan meliputi takut kesehataannya terganggu,
takut berumur pendek (meninggal), takut kekurangan uang, dan lain- lain. Selain
permasalahan psikis, terdapat beberapa permasalahan yang menyangkut tentang
kemunduran fungsi- fungsi anggota tubuh pada lansia sehingga berpengaruh pada
kegiatan atau aktivitas lansia sehari- hari. Di samping itu, permasalahan juga
muncul pada hal yang berkaitan dengan gizi seimbang untuk lansia. Beberapa
permasalahan yang umum terjadi adalah sebagai berikut:
1.
Gangguan kesehatan pada lansia:
a. Penurunan fungsi saraf dan panca indera.
b. Penurunan fungsi kerja pembuluh darah,
jantung, dan paru- paru.
c. Perubahan sistem kerja organ pencernaan
seperti, gigi ompong, kemunduran fungsi usus sehingga lebih sulit mencerna
makanan serta menimbulkan penurunan
nafsu makan.
d. Penurunan kepadatan tulang, otot, dan sendi.
e. Adanya gangguan lain seperti rambut beruban,
gangguan pola tidur, dan elastisitas kulit.
f. Anemia, dapat terjadi akibat rendahnya asupan makanan sumber zat besi, vitamin B12, vitamin C, dan asam folat.
g. Sembelit, dapat terjadi akibat rendahnya asupan serat dan air mineral, kurang aktivitas fisik.
h. Penyakit degeneratif, seperti DM,
asam urat, hipertensi, hiperlipidemia, jantung koroner, dll.
i. Osteoporosis, mudah terjadi pada lansia akibat makanan yang kurang beragam serta kurangnya aktivitas fisik, dsb
j. Ketahanan tubuh yang menurun.
a. Gizi berlebih (overweight/obesitas),
umumnya terjadi pada lansia di kota- kota besar,
akibat kebiasaan makan tinggi kalori pada saat muda, serta kurangnya asupan serat dan aktivitas fisik. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai
penyakit, seperti diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi, dsb.
b. Gizi kurang (kurus), sering disebabkan
oleh masalah sosial ekonomi dan akibat gangguan
penyakit. Jika asupan kalori terlalu rendah dari kecukupan gizi yang dianjurkan dapat menyebabkan berat
badan kurang dari normal. Apalagi jika disertai
kekurangan protein menyebabkan kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, antara lain kerontokan
rambut, daya tahan tubuh menurun, serta mudah terserang
penyakit.
c. Kurang
vitamin dan mineral, jika konsumsi buah dan sayuran kurang. Akibatnya antara lain, penglihatan menurun,
elastisitas kulit menurun, penampilan menjadi lesu,
dan tidak bersemangat. Dari permasalahan di atas, terdapat beberapa solusi yang dapat digunakan sebagai acuan
untuk mengatasi maupun menghindari masalah-masalah yang kemungkinan terjadi pada lansia. Penerapan gizi seimbang merupakan kunci utama untuk menghindarkan
berbagai penyakit pada lansia
Hal
positif yang didapatkan dari penerapan gizi seimbang adalah terwujudnya lansia
yang sehat dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Beberapa prinsip gizi
seimbang diantaranya yaitu :
a.
Makan beraneka ragam makanan.
b.
Perbanyak konsumsi buah dan sayuran.
c. Konsumsi
air mineral secara cukup (6-8 gelas sehari).
d.
Batasi makanan berlemak (gorengan,
jeroan, gajih, dll); makanan manis (sirup, selai, kue, biskuit, dll); makanan tepung-
tepungan (roti, mie, kue, dll).
e. Batasi
makanan yang dapat meningkatkan kadar asam urat seperti, usus, paru, lidah, otak, seafood, kacang- kacangan, bayam, kangkung, mlinjo, jamur, dsb.
f.
Batasi konsumsi natrium 1 sendok teh/hari (garam, kecap, mie instan, soda, snack).
g. Pola hidup bersih.
h.
Aktivitas fisik.
i. Pemantauan berat badan ideal.
j. Pemantauan berat badan dilaukan dengan menimbang
berat badan secara teratur, mengatur pola makan bergizi dan seimbang,
serta cukup aktivitas fisik.
k. Mewaspadai peningkatan atau penurunan berat badan > 0.5 kg/minggu dari berat badan normal. Berat badan (BB) ideal dapat dihitung menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Tribina merupakan program yang sangat berpengaruh bagi keluarga. Melalui program Tribina, diharapkan keluarga memiliki pemahaman serta pengetahuan lebih dalam membina balita, remaja, dan lansia. Dengan penerapan program tersebut, diharapkan setiap keluarga mampu mencapai kesejahteraan serta mampu mencapai keluarga yang berkualitas. Referensi : Dinas DPPKB Kota Palembang Tahun 2021.9.14
Apa Itu Bina Keluarga Lansia Atau BKL ?
Bina Keluarga Lansia atau BKL merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan secara berkelompok dengan tujuan meningkatkan pengetahuan serta
keterampilan bagi keluarga yang mempunyai orang tua atau lanjut usia.
Pengetahuan ini meliputi pola perawatan, pengasuhan, dan pemberdayaan kaum
lansia agar kesejahteraannya bisa meningkat.
BKL mempunyai dua sasaran, yaitu sasaran langsung dan sasaran
tidak langsung. Sasaran langsungnya adalah keluarga yang mempunyai lansia atau
keluarga yang semua anggotanya merupakan kaum lansia. Sedangkan sasaran
tidak langsungnya, yang pertama adalah perorangan seperti guru, ulama atau
pemuka agama, tokoh adat, pemuda, pemimpin organisasi dan para ahli yang
memiliki ketrampilan di bidang psikolog, perawatan, kebidanan, dan dokter.
Kemudian, yang kedua adalah lembaga pemerintah maupun swasta, seperti
sekolah, organisasi perempuan, dan LSM atau Lembaga Swadaya Masyarakat.
Pembinaan Fisik dan Psikis
Yang dimaksud dengan pembinaan fisik untuk lansia adalah
pembinaan bagi kaum lansia sesuai dengan kondisi fisik dan usia mereka,
misalnya melakukan olahraga ringan seperti jalan kaki, senam, atau sekadar
menikmati makan bersama.
Selain fisik, kaum lansia juga sering mengalami masalah psikis,
misalnya cemas dan takut menghadapi kemunduran fisik di tubuhnya, takut sakit,
takut kehilangan pergaulan atau takut tersingkir secara sosial dari
lingkungannya. Melalui progam Bina Keluarga Lansia, diharapkan ketakutan tersebut bisa dihilangkan.
Kaum lansia pada umumnya juga memiliki perasaan yang sangat peka
dan mudah tersinggung. Bahkan, jika muncul perbedaan sedikit saja langsung
memunculkan rasa curiga pada orang lain. Selain itu, kaum lansia juga biasanya
mudah tegang, gelisah, dan memiliki banyak tuntutan yang kadangkala sulit untuk
dipenuhi.
Masalah lain yang juga sering menghinggapi kaum lansia adalah
rasa sepi. Terutama yang sudah ditinggal oleh suami atau istrinya apalagi
ketika semua anaknya sudah menikah serta memiliki kehidupan sendiri. Rasa
sepi ini akan memunculkan suatu perasaan jika dirinya sudah tidak punya manfaat
lagi bagi orang lain atau masyarakat. Kondisi tersebut akan berdampak pada
tekanan jiwa dan stres.
Agar masalah tersebut bisa dihindari, Bina Keluarga Lansia atau BKL punya program-program untuk memberdayakan mereka. Sehingga, kaum lansia tetap bisa berkarya dan memberi manfaat baik untuk dirinya sendiri atau orang lain. Pada akhirnya, mereka tidak akan merasa tersingkirkan lagi dari keluarga atau pergaulannya di masyarakat.(adv)