Palembang, SP - Keterbatasan biaya menjadi hambatan kebanyakan kaum yatim dhuafa untuk mendapatkan pendidikan. Sehingga sekolah gratis sangat dibutuhkan baik jenjang SD maupun lebih tinggi dari itu.
Sekretaris Daerah Kota Palembang Ratu Dewa mengatakan, bahwa Pemerintah Kota mengapresiasi rencana pembentukan sekolah gratis bagi kaum dhuafa tersebut. Karena ini memiliki manfaat bagi para anak-anak yang putus sekolah karena faktor ekonomi, anak yatim piatu atau dhuafa untuk memperoleh pendidikan yang laik.
"Saya pribadi sangat mendukung ini karena hal baik harus kita dukung. Namun karena untuk pembentukan sekolah tersebut ada di ranah Kemenag Kota Palembang kami akan fasilitas untuk membantu mempermudah soal perizinan dan administrasi untuk membentuk sekolah ini," katanya usai audiensi Divisi Pendidikan Rumah Tahfidz Yatim Dhuafa (RTYD), Senin (5/4/2021).
Dibentuknya sekolah berbasis Islami, tentu diharapkan dapat mencetak generasi-generasi unggul dan berakhlak. "Prospek untuk sekolah gratis ini dapat membentuk karakter dan akhlak anak-anak kaum dhuafa," katanya.
Sebelum muncul rencana membuat sekolah bagi anak-anak dhuafa, yayasan RTYD memaparkan jika memiliki rumah Tahfidz yang selama Covid-19 ini tutup.
"Tadi saya sarankan untuk membuka kembali rumah Tahfidz tapi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Sebelum pengajian harus cuci tangan, pakai masker dan jaga jarak. Silakan mengurus izin tersebut ke satgas penanganan Covid-19 Palembang," katanya.
Kepala Divisi Pendidikan Rumah Tahfidz Yatim Dhuafa (RTYD) Arif Kurniawan mengatakan, pihaknya fokus untuk membuat sekolah bagi anak-anak yatim dhuafa tanpa biaya dengan berbasiskan sekolah islami terpadu.
"Tahun Ini kita peruntukkan bagi anak kaum yatim dhuafa yang ada di Palembang tingkat SD IT dulu. Dengan menjalankan sistem operasional sekolah bahu membahu dengan pola donasi dari masyarakat," katanya.
Saat ini di Palembang ada lima lokasi yang diperuntukkan bagi yatim piatu, diantaranya, Sako, Celentang, Sekojo, Srimulya, dan Jakabaring. Rencana SD IT ini bermula dari Rumah Tahfidz yang menjalankan kurikulum pendidikan yang sama seperti sekolah umumnya, seperti berkebun, komputer, leadership dan lainnya.
Tenaga pengajar pun tidak sepenuhnya adalah ustadz, namun tenaga pengajar yang memang berstatus guru. Dalam satu kelas maksimal kapasitas anak sebanyak 20 orang. "April nanti akan kita sosialisasikan untuk persiapan di Juli nanti sekolah offline," katanya. (Ara).