PALEMBANG, SP - Pascasarjana Universitas Tamansiswa (Tamsis) Palembang melaunching pusat kajian Center For Creative Economy, Tourism, Inheritance and Culture (CETIC) atau pusat kajian ekonomi, kreatif, pariwisata, warisan sejarah dan budaya di ruang kelas Lantai II, Program Magister Ilmu Pemerintahan Program Pascasarjana Universitas Tamsis, Palembang, Selasa (10/11).
Turut hadir pada kesempatan itu Sultan Mahmud
Badaruddin (SMB) IV Jaya
Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn,
Rektor Universitas Taman Siswa Palembang,
Ki.
Dr. Azwar Agus, S.H, M.Hum, Direktur
Program Pascasarjana Universitas Tamansiswa Palembang Dr Yoyok Hendarso MA,
Ketua Pusat Kajian Center For Creative Economy, Tourism, Inheritance and
Culture (Cetic) Akhmad Muftizar Zawawi SIP Med.
Juga hadir R.M.Rasyid Tohir,S.H, Dato’ Pangeran Nato Rasyid Tohir, Pangeran Jayo Syarif Lukman , Beby Johan Saimima.
Rektor Universitas Taman Siswa Palembang, Ki. Dr. Azwar Agus, S.H., M.Hum berharap dengan pusat kajian ini dapat bermanfaat khususnya bagi masyarakat kota Palembang dan Sumatera Selatan pada umumnya.
"Bisa bermanfaat bagi perkembangan masyarakat lebih kreatif, pariwisata, budaya dan sejarah,” katanya.
Dirinya yakin dan percaya belajar dari pengalaman sebelumnya kegiatan seperti pusat kajian seperti ini dirinya optimis bisa berjalan khususnya di kala pandemi COVID-19.
“Memang kegiatan-kegiatan seperti ini memang harus didukung dan harus difasilitasi, karena memang keberagaman budaya sejarah kita memang harus dipromosikan,” katanya.
Sedangkan SMB IV berharap dengan pusat kajian ini mudah-mudahan semakin banyak masyarakat yang memperhatikan aspek ekonomi dan budaya berdasarkan sejarah sehingga ekonomi kreatif ini bisa dikembangkan bersama dengan sejarah dan budaya sehingga bisa bermakna dan bernilai bagi masyarakat.
“Mudah-mudahan lembaga ini bisa berjalan dan kita akan selalu suport kegiatan-kegiatan untuk pembangunan masyarakat,”katanya.
Direktur Program Pascasarjana Universitas Tamansiswa Palembang Dr Yoyok Hendarso MA mengatakan, kalau pihaknya tidak hanya bicara pariwisata saja tapi juga bicara sejarah, budaya yang kalau diperhatikan masyarakat sekarang itu sudah mulai menghilang.
“Itu dasar pertama komitmen kita membuka dan meresmikan
tadi Pusat Kajian " Center For Creative Economy, Tourism, Inheritance and
Culture (Cetic), hilangnya budaya bisa juga kearipan-kearipan lokal , itu
hilangnya itu karena dari perkembangan tehnologi, komunikasi yang sampai
saat ini sudah bisa menggerus budaya-budaya lokal yang seharusnya
termasuk nilai-nilai budaya itu sekarang sudah mulai hilang,”
katanya.
Selain itu alasan lain pihaknya membuka pusat kajian ini
dimana pariwisata itu ada kesempatan, peluang yang ditunjang oleh budaya.
“Banyak contoh dinegara lain yang mengangkat pariwisata dengan
budaya, ini tidak bisa hanya kita bicarakan pada tingkat konsep maka harus kita
realisasikan bagaimana budaya, sejarah itu bisa terkait langsung dalam rangka
pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di kota Palembang maupun di
Sumatera Selatan,” katanya.
Ketua Pusat Kajian " Center For Creative Economy, Tourism,
Inheritance and Culture (Cetic) Akhmad Muftizar Zawawi Sip Med berharap
kedepan pusat kajian ini bisa eksis dan menjadi satu-satunya rujukan.
“Karena kita di Palembang, kita ini harusnya punya,
karena kita ini kota sejarah, kota tertua, legendary kata pak rektor tadi, kita
pingin eksis, kalau bisa kedepannya itu kita cukuplah bermain di resouces yang
ada, , jadi orang Palembang mau kaji apa-apa gunakan orang Palembang, orang
Sumsel sendiri, sudah saatnya kita memainkan daerah kita sendiri,” katanya.
Rencana kedepan bulan Desember akan menggelar webinar dengan
mendatangkan pembicara, mantan duta besar Slovakia dan Thailand dan Januari
akan menjadi duta besar Mesir, namanya, Dr Luthfi Rauf yang akan mengisi
seminar dan bagaimana beliau mensharing pengalamannya ketika beliau
berada di Thailand, karena kota Palembang yang merupakan kota perairan
sama dengan Bangkok.
Pihaknya juga sangat mengharapkan dukungan dari instansi dan
stekholder terkait.