Notification

×

Tag Terpopuler

Kearifan Lokal di Sumsel, Haruslah Dikembangkan Pemerintah , Masyarakat Dan Pihak Terkait

Sunday, October 18, 2020 | Sunday, October 18, 2020 WIB Last Updated 2020-10-18T08:57:42Z

Suasana Universitas Taman Siswa (Unitas ) Palembang Berkerjasama dengan Kesultanan Palembang Darussalam dan Museum  Negeri Sumatera Selatan Balaputra Dewa Palembang menggelar Seminar Nasional dengan Tema Memahami Wisata Sejarah dan Budaya Sebagai Konsep Indonesia Negara Maju 2045,  Sabtu (17/10)


Universitas Taman Siswa Unitas Palembang berkerjasama dengan Kesultanan Palembang Darussalam dan Museum  Negeri Sumatera Selatan Balaputra Dewa Palembang menggelar Seminar Nasional dengan Tema Memahami Wisata Sejarah dan Budaya Sebagai Konsep Indonesia Negara Maju 2045,  Sabtu (17/10) di Auditorium Museum Sumatera Selatan Balaputra Dewa Palembang. Acara berjalan lancar dan sukses.


Turut  hadir diantaranya Sultan Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R M Fauwaz Diradja SH Mkn , Rektor Unitas Palembang diwakili Wakil Rektor I Unitas Palembang, Ir. Lusmaniar, M.Si , Gerald Theodorus L.Toruan, S.H.,M.H selaku Peneliti Ahli Muda Balitbang Kementrian Pertahanan (Kemenhan) Republik Indonesia (RI). Dr. Yoyok Hendarso,M.A. Direktur Pascasarjana Unitas Palembang. Habiburrahman, Dosen IAIN Curup, Dr.Supriyanto,M.Hum, Dosen FKIP Universitas Sriwijaya (Unsri), Publik Relation DPD RI Dr.(C) Edrida Pulungan,M.HI.,M.Si, Ketua Umum Forum Pariwisata dan Budaya (Forwida) Sumsel Dr Ir Diah Kusuma Pertiwi MT dan pengurus Forwida Sumsel, perwakilan Kodam II Sriwijaya, perwakilan Dinas Kebudayaan kota Palembang, dinas dan instansi terkait, pelajar, mahasiswa dan guru seluruh Sumsel, Perwakilan Museum Sumatera Selatan Balaputra Dewa,.

Kegiatan ini juga dilakukan secara webinar yang melibatkan peserta seluruh Indonesia.

Kegiatan ini juga diawali dengan penandatanganan MoU antara Kesultanan Palembang Darussalam dengan  pihak Unitas Palembang, Museum Negeri Sumatera Selatan Balaputra Dewa dan Lentera Pustaka Indonesia.

Kegiatan seminar menghadirkan enam narasumber, yakni Kemas Ari Panji, M.Si (akademisi, sejarawan dan budayawan Sumsel), Drs Supriyanto, M.Hum (Dosen Universitas Sriwijaya), Habiburahman, S.Hi, MH (Dosen IAIN Curup Bengkulu, DR Yoyok Hendarso, MA (Direktur Pasca Sarjana Unitas Palembang), Publik Relation DPD RI Dr.(C) Edrida Pulungan,M.HI.,M.Si, dan Gerald Theodorus L Toruan, SH, MH (Peneliti Ahli Muda Balitbang Kementrian Pertahanan (Kemenhan). Sedangkan bertindak sebagai moderator, Akhmad Muftizar Zawawi, M.Ed.

Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama, RM Fauwaz Diraja SH, MKN dalam kata sambutannya mengatakan, seminar ini akan meningkatkan rasa bela negara dan cinta tanah air.

“Kita mengenal jati diri kita. Sehingga ke depannya wisata-wisata yang ada di daerah itu sesuai dengan DNA dan kearifan lokal kita. Kearifan local kita tak bisa diikuti daerah lain. Itu yang akan dijual sebagai destinasi wisata,” katanya.

Menurutnya Kearifan lokal di Sumsel, haruslah dikembangkan pemerintah dan masyarakat. Sehingga ke depannya dapat meningkatkan pemasukan daerah dari sektor pariwisata.

“Orang-orang beragama akan kembali kepada agama dan keyakinannya. Misalkan, orang Islam yang beribadah umrah dan haji. Mereka mengunjungi tempat-tempat suci yang dulu didatangi nabi Muhammad. Hal yang sama dilakukan orang Nasrani, yang mengunjungi tempat-tempat yang pernah disinggahi nabinya. Artinya, semua umat beragama kembali kepada sejarah,” katanya.

Ia berharap setelah seminar ini ada lagi diskusi berikutnya, seperti diskusi terpumpun, yang akhirnya menghasilkan cetak biru (blue print) perihal bagaimana meningkatkan kecintaan tanah air, pariwisata, dan pendapatan daerah dengan memaksimalkan kearifan lokal.

Sedangkan DR Yoyok Hendarso, MA selaku Direktur Pascasarjana Unitas Palembang,  berterima kasih atas segala bantuan baik dari Kesultanan Palembang Darussalam , Museum Negeri Sumatera Selatan Balaputra Dewa sehingga seminar ini bisa terlaksana dengan baik.

“ Sekaligus memberikan semangat baru dengan adanya penandatanganan tadi, ini dikaitkan tema kita tidak hanya memahami juga melstarikan sejarah dan budaya  menuju Indonesia maju 2045, ini spirit yang besar , bagi kami spirit besar   dengan kegiatan rill yang bisa kita laksanakan di Palembang ini, kami dari Pascasajana Universitas Taman Siswa  sudah merencanakan kita mendirikan dan mengembangkan semacam pusat kajian untuk pengembangan pariwisata di Sumsel khususnya di Palembang, “ katanya.

Sedangkan Rektor Unitas Palembang diwakili Wakil Rektor I Unitas Palembang, Ir. Lusmaniar, M.Si mengapresiasi kegiatan ini dan berharap dengan seminar ini akan menimbulkan kecintaan masyarakat akan arti penting sejarah dan budaya serta kearipan lokal yang ada di Sumsel.

Sedangkan DR Novita Wulandari, MSi, selaku ketua pelaksana kegiatan, mengatakan, peserta yang sudah melakukan registrasi berjumlah 357 orang dan untuk tatap muka dibatasi 50 orang sisa dilakukan secara zoom meeting dan instagram.

Seminar ini diharapkan menjadi inspirasi , motivasi khusus para tenaga pendidik, pemerintah serta stekholder terkait untuk kembali  menghidupkan  melestarikan dan memperkenalkan  sejarah dan budaya  khususnya kearipan lokal  Sumatera Selatan dalam hal ini  kota Palembang pada generasi penerus bangsa

 “Masih banyak generasi muda kita ini yang belum mengetahui apa saja sejarah di masa lalu. Literasi kita masih sedikit. Diharapkan melalui acara ini menjadi pemicu bagi para pendidik dan penerus bangsa untuk mempelajari kembali sejarah dan budaya. Sebab ke depan, kita sudah go international. Sudah memasuki era 5.0,” katanya.

Publik Relation DPD RI Dr.(C) Edrida Pulungan,M.HI.,M.Si dalam penjelasannya menilai sejarah dan budaya Palembang termasuk pariwisata merupakan potensi yang belum di gali oleh pemerintah daerah, namun demikian itu merupakan pekerjaan rumah (PR) dari semua stekholder baik dari pemerintah daerah, akademisi , swata , komunitas dan media.

“ Media adalah aktor yang memberikan pengaruh saat ini, apalagi adanya pandemi covid-19 ini , tidak ada satupun aktivitas yang  yang bisa diketahui masyarakat, baik masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia kalau tidak kita publikasikan, dengan ini kita melihat berbagai macam literatur, sejarawan, budayawan sudah mengetahui potensi Palembang, “ kata founder Lentera Pustaka  Indonesia ini.

Menurutnya ini adalah tahun warning, jangan lama-lama dan mari untuk melestarikan, karena dalam satu organisasi  dunia yang membangun tentang tourism itu  semua sektor harus utuh, tidak bisa setengah-setengah dan bagaimana pemerintah daerah memetakan.

“ Dalam restra pariwisata saya melihat ada 42 wisata sejarah dan budaya namun yang diprioritaskan pemda ini 7 atau 8 , saya sudah lihat ada wisata berbentuk makam, kawasan-kawasan seperti kampung arab, kampung tiohoa , masjid-masjid, itu semua jika di kemas story tell yang bagus akan menghasilkan pendapatan yang luar biasa tapi harus ada syaratnya masyarakat sadar wisata karena dari situ ekonomi akan tumbuh,” katanya.

Terpenting bagaimana pemimpin terutama pemerintah daerah mampu menggerakkan sesuatu dengan caranya dengan dekat dengan masyarakat, karena masyarakat bisa membuat suasana tourism itu ada.

“Misalnya dibuat paket satu hari tiga malam, dua hari atau apa, itu membangun eko sistim wisata yang bagus sekali, jadi mudah-mudahan untuk Pemerintah Sumatera Selatan dan Palembang termasuk Dinas Kebudayaan mulai bergerak juga, Dinas Pariwisata mulai bergerak sinergis tapi terpenting bagi saya kolaboratif goverment, karena bagaimanapun swasta menunggu goverment, tapi kalau tunggu-tungguan enggak ada hasil, mudah-mudahan Palembang akan jadi satu destinasi pariwisata dunia dan itu sudah di karakterkan dengan adanya Asian Games 2018 bahkan sebelumnya ada even olahraga internasional lainnya,” katanya.

Dia berterima kasih karena baginya Palembang banyak memberikan inspirasi  sejarah bukan hanya di tulis oleh masyarakatnya sendiri .

“ Selamat datang di Palembang city brandingnya adalah charming Palembang, charming artinya menawan dan memberikan kehangatan bagi  orang yang datang,” katanya sembari mengaku jatuh cinta saat datang ke Palembang dan menurutnya Palembang tidak bisa di kunjungi untuk satu hari dan berharap bisa kembali ke Palembang.

Sedangkan Habiburahman, S.Hi, MH (Dosen IAIN Curup Bengkulu menjelaskan mengenai Legalitas Kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam tidak terlepas dari beberapa faktor  yang  sangat penting sebagai berikut: faktor pertama haruslah merupakan keturunan langsung dari Zuriat Keturunan Raja-raja/Kesultanan Palembang Darussalam  terdahulu.  Faktor kedua, adanya dukungan  para Ulama yang menginginkan kembalinya sistem Kesultanan Palembang Darussalam. Faktor yang ketiga,  seorang Sultan Palembang Darussalam Harus memiliki benda- benda bersejarah yang menjadi simbol kedaulatan kesultanan Palembang Darussalam  milik Sultan-sultan Palembang  terdahulu, yang terjaga dengan baik. Ketiga faktor tersebut merupakan ciri dasar legalitas kekuasaan dalam sistem kesultanan islam melayu. 

“Untuk mengingatkan  kembali keberadaan  Kesultanan Palembang Darussalam  di nusantara. Kesultanan Palembang Darussalam  mulai dari Susuhunan Abdurrahman sebagai Sultan Palembang Darussalam pada tanggal  3 Maret 1666,  dan dibangkitkan kembali pada tanggal 3 Maret 2003 dengan dikukuhkannya Raden Sjafei Prabu Diradja sebagai Sultan Mahmud Badaruddin III oleh Majelis Adat Kesultanan Palembang Darussalam Sultan yang,  anggotanya banyak terdiri dari Para Ulama,” katanya.

Sehingga menurutnya Sultan Mahmud Badaruddin III adalah. Seorang Sultan yang mendapatkan legalitas, bersifat turun-menurun (berdasarkan geneologis). Dan terpenting adalah, adanya  pengakuan dari Ulama.

“Drs. Raden Muhammad Sjafei Prabu Diraja, S.H atau lebih dikenal dengan Sultan Mahmud Badaruddin III merupakan  garis keturunan  ke lima dari Sultan Mahmud Badaruddin II. Yang di sahkan atau di nisbatkan Oleh Demang Bakrie Pada tahun 18 Agustus  1931,” katanya.

Sehingga pada tanggal 3 Maret 2003 bertempat dimasjid Lawang Kidul dan diketuai oleh Kepala Badan Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan, Kesultanan Palembang Darussalam resmi dihidupkan kembali. Raden Muhammad Syafei Prabu Diraja dinobatkan sebagai Sultan Palembang Darussalam dengan gelar Sultan Mahmud Badaruddin III oleh Majelis Adat Kesultanan Palembang Darussalam. 

Menurutnya , pengangkatan/penobatan R.M.S Prabu Diraja sebagai Sultan Palembang Darussalam, menurut Ustdaz Ahmad Umar Thoyib ( alm) telah syah berdasarkan penelusuran zuriatnya yang masih keturunan langsung SMB II dan atas kepemilikan beberapa benda pusaka peninggalan SMB II. Selain itu, R.M.S. Prabu Diraja adalah pendiri dan ketua Yayasan Kesultanan Palembang Darussalam serta dikenal oleh Kesultanan se-Nusantara. 

Drs Supriyanto, M.Hum (Dosen Universitas Sriwijaya) menjelaskan  Palembang adalah kota yang terletak di Muara Sungai Musi, yaitu pertemuan sungai itu dengan selat Bangka atau laut Jawa

Sedangkan batas Pelabuhan Palembang garisnya ditarik dari muara sungai Gedugan ke muara sungai Sekawah dan dari muara sungai Temenggungan sampai muara sungai Bajas.

“Situasi dan kondisi Karesidenan Palembang Abad XIX  dengan luas wilayah 85.918 km dimana bagian barat lebih rendah dibandingkan dengan bagian timur, timur pusat pemerintahan kebudayaan perdagangan, timur daerah Ilir, tempat pertemuan penduduk, pedagang Arab, Cina, dan India,  Cina dan Arab hidup dipinggiran kota dan Orang India dan Eropa di pusat kota,” katanya.

Sedangkan Kemas Ari Panji, M.Si (akademisi, sejarawan dan budayawan Sumsel) menjelaskan sejarah Sumsel terutama kota Palembang cukup panjang, periodenya jelas dan panjang.

“Bahkan kita dulu  ada namanya provinsi Sumatera , pecah menjadi Provinsi Sumatera Bagian Utara, Provinsi Sumatera Bagian Tengah dan Provinsi Bagian Sumatera Selatan,  terpecah lagi sampai menjadi Provinsi Sumatera Selatan, Palembang sebagai ibukota, kalau dulu Palembang ya Sumatera Bagian Selatan tapi sekarang Sumatera Selatan hanya kota Palembang sebagai  ibukotanya,” katanya.

Sedangkan  Gerald Theodorus L.Toruan, S.H.,M.H  (Peneliti Ahli Muda Balitbang Kementrian Pertahanan (Kemenhan) dalam makalah berjudul pemanfaatan benda cagar budaya  bernilai pertahanan  (Defense  Heritage ) sebagai media bela negara menjelaskan  Defense Heritage Indonesia adalah aset negara yang perlu dilindungi dari segala ancaman kepunahan.

“Defense Heritage Indonesia dapat dioptimalkan penggunaannya dalam rangka menumbuhkan rasa cinta tanah air masyarakat Indonesia, Defense Heritage Indonesia yang ada di daerah perlu didukung dengan adanya political will dari para pemangku kebijakan. Dan Defense Heritage Indonesia adalah sebuah simbol perjuangan bangsa Indonesia dari perlawanan penjajah,” katanya.


×
Berita Terbaru Update