PALEMBANG, SP - Harga komoditas kedelai impor terus merangkak naik membuat pedagang di sejumlah pasar tradisional di Kota Palembang mulai merasakan dampaknya. Tidak hanya penjual, sejumlah konsumen yang memiliki usaha berbahan baku kedelai juga terkena imbasnya.
Menurut Sunarti pedagang di Pasar 26 Ilir, Palembang mengatakan, bila kebanyakan pelanggannya adalah penjual susu sari kedelai. Namun, sejak terjadinya kenaikan harga kedelai, tingkat penjualan mengalami penyusutan.
“Naiknya harga kedelai impor jenis superior yang sudah mencapai Rp12 ribu per kilogram, awalnya Rp10 ribu, membuat pembeli kedelai mengalami penurunan yang cukup tinggi,” katanya, Kamis (2/4).
Begitu juga menurut Darmi pedagang di Pasar Cinde Palembang, tingginya harga jual kedelai, membuat adanya penurunan pembeli, apalagi yang membeli kebanyakan pelaku usaha UMKM.
"Yang biasa belanja di sini itu, pedagang yang sehari-harinya membuat susu kedelai. Jumlahnya lumayan banyak juga. Tapi sejak kedelai naik yang beli jadi berkurang," ujar Darmi.
Pedagang susu kedelai yang masih berjualan kebanyakan memperkecil kemasan susu sari kedelainya, bukan dengan menaikkan harga atau mengurangi cita rasanya.
Gunawan, penjual susu kedelai di Pasar 26 Ilir mengatakan, sejak harga kedelai naik, ditambah harga gula yang juga naik, sejak merebaknya wabah virus corona saat ini, penjualan susu kedelainya mengalami penurunan yang signifikan.
“Dalam sehari biasanya produksi sampai 6 kilogram susu kedelai, dengan adanya kenaikan harga dan virus corona ini, kami mengurangi produksi menjadi 5 kilogram, biasanya jam 09.00 WIB sudah habis, kini malah kadang sampai siang sering tidak habis,” keluhnya.
Sementara itu Mamat, pedagang susu kedelai di Pasar Cinde juga mengeluh dengan adanya kenaikan harga kedelai, dan gula pasir. “Kedua bahan tersebut merupakan bahan pokok untuk membuat susu kedelai yang biasa saya jual, tapi naik seperti ini mau tidak mau agar tetap bisa jualan, kami mengurangi produksi,” katanya.
Mamat tetap berjualan, dengan konsekuensi memperkecil kemasan susu sari kedelainya, bukan dengan menaikkan harga atau mengurangi cita rasanya.
Hal serupa juga diutarakan Sari yang merupakan salah satu produsen susu kedelai di Jalan Radial, Palembang. Sebagai produsen ia mengaku kebingungan dengan kenaikan harga kedelai dan gula pasir. Pasalnya, dengan adanya lonjakan harga kedua bahan tersebut, membuatnya bingung untuk menentukan harga jual susu kedelainya.
"Kalau untuk harga kedelai sekilonya saja sudah Rp12 ribu belum bahan lainnya, seperti gula pasir yang harganya Rp18 ribu, karena susu kedelai saya asli tanpa campuran pemanis buatan. Terus bagaimana saya menghitungnya, kalau dinaikkan harganya, pembeli pada protes nanti malah lari semua," jelasnya.
Dalam sekali produksi susu sari kedelai rumahan miliknya memerlukan sekitar 20 -25 kilogram kedelai. Kini ia pun hanya mempu memproduksi separuhnya, dan hanya melayani pelanggan tetap saja yang kebanyakan merupakan pedagang keliling. (dkd)