 |
Pasalnya pada 27 Maret Lalu PSSI mengirimkan surat resmi mengenai penundaan kompetisi baik dari klub Liga 1 dan Liga 2, yang dalam surat itu pada poin pertama dijelaskan bahwa situasi pada Maret hingga Juni tergolong force majeure.
Artinya dengan penetapan situasi force majeure, klub dapat melakukan perubahan kontrak kerja yang disepakati dengan pemain, pelatih dan ofisial. Gaji dibayarkan maksimal 25 persen dari kewajiban yang tertera dalam kontrak.
Meski PSSI telah memberikan opsi tersebut, Manjemen Sriwijaya FC mengaku belum memutuskan pemotongan gaji para pemain. Hal tersebut disampaikan Indrayadi Direktur Teknik PT Sriwijaya Optimis Mandiri (PT SOM) selaku pengelola Sriwijaya FC, Rabu (1/4/2020).
Menurut mantan pelatih Kiper Sriwijaya FC itu manajemen Sriwijaya FC masih mempertimbangkan beberapa hal terkait pemotongan gaji selama kompetisi Liga 2 Musim 2020 terhenti. Sekalipun PSSI sudah menerbitkan surat edaran perihal gaji pemain mulai Maret, Mei dan Juni.
“Soal gaji kita belum putuskan. Apakah nanti hanya dibayar 25 persen atau 50 persen selama Maret, April dan Mei,” kata Indrayadi.
Indrayadi juga mengatakan pihaknya akan mengikuti kebijakan dari klub klub lain mengenai keputusan ini. “Soal gaji yang pasti kita akan mengikuti bagaimana pada umumnya klub-klub di tanah air ini nantinya dan juga mempertimbangkan instruksi PSSI,” terangnya
Mantan Kiper era Gulatama ini juga masih mempertimbangkan sisi kenyaman pemain agar kedua belah pihak baik klub maumpun pemain tidak merasa dirugikan.
“Kita ingin pemain nyaman dan yang pasti komitmen manajemen Sriwijaya FC terjaga,” terang dia.
Sementara itu ditanya mengenai kapan para pemain kembali menggelar latihan, manajemen mengatakan jika pandemi covid-19 telah mereda, maka pihaknya berencana akan memanggil skuad Sriwijaya FC usai hari raya idul fitri.
“Ya, kalau semua kondusif seminggu setelah lebaran kita sudah minta para pemain untuk kembali ke Palembang,”tukasnya. (Nis)
