JAKARTA, SP -
Pascabanjir dan longsor yang menerjang Kabupaten Lebak, Banten di awal 2020,
beberapa wilayah lainnya masih menyisakan duka dan kerusakan parah.
Beberapa jembatan hancur sehingga memutus akses yang
menghubungkan dua kampung. Tempat tinggal korban juga sudah tidak bisa dihuni
kembali. Untuk memenuhi kebutuhan pangan serta tempat tinggal yang layak bagi
warga terdampak.
Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyiapkan hunian sementara
(Huntara) atau Integrated Community Shelter (ICS). Proses peletakkan batu
pertama di ICS sebagai bentuk komitmen ACT dilaksanakan di Desa Sukarame,
Kecamatan Sajira, Lebak, Banten, Selasa (3/3).
Ibnu Khajar selaku Presiden ACT menyebutkan, pihaknya akan
membangun hunian-hunian sementara sampai para korban banjir dan tanah longsor
di Banten ini, bisa mendapatkan tempat yang layak untuk tinggal. “Sebagaimana
yang kami lakukan untuk korban bencana Lombok dan Palu,” ujarnya melalui siaran
pers tertulis yang diterima Sumsel Pers, Rabu (4/3).
Proses peletakkan batu pertama di ICS sebagai bentuk komitmen ACT dilaksanakan di Desa Sukarame, Kecamatan Sajira, Lebak, Banten, Selasa (3/3). |
Sebanyak 52 KK ditargetkan dapat segera menempati hunian
sementara yang dibangun dari hasil perhimpunan kepedulian publik. Apabila
prosesnya berjalan lancar sesuai rencana, ICS dari ACT ditargetkan rampung
dalam kurun waktu sekitar 3 minggu untuk warga terdampak lengkap dengan
fasilitas umum seperti mushola, dapur umum, MCK, dan layanan kesehatan.
Penghuni ICS dapat menempati huntara dalam jangka waktu 2 tahun hingga maksimal
3 tahun lamanya.
Selain penyediaan hunian, dalam kesempatan ini ACT juga
meluncurkan Humanity Food Truck 3.0 dan Humanity Food Truck 4.0 yang dapat
memproduksi hingga dua ribu porsi makanan siap santap. Armada ini semakin
melengkapi armada kemanusiaan sebelumnya yaitu Humanity Food Truck 1.0 dan
Humanity Food Truck 2.0.
Perbedaan dari generasi sebelumnya dilihat dari adanya
perubahan suplai dari tabung gas ke alat masak. Penyempurnaan suplai gas
dilakukan agar tiap alat dapur dapat maksimal dalam mengolah bahan makanan.
Ahyudin selaku Ketua Dewan Pembina ACT menyampaikan, bahwa
penambahan armada tersebut diharapkan dapat menjangkau lebih banyak penerima
manfaat. Kapasitas yang terus meningkat dari generasi 1 hingga 4 ini juga
menjadi komitmen tersendiri dari ACT untuk terus meluaskan kebaikan. Jumlah
porsi yang dapat disediakan pun diperbanyak untuk memenuhi kebutuhan pangan,
baik untuk warga prasejahtera maupun korban bencana.
"Humanity Food Truck dari awal hingga sekarang
kapasitas masaknya terus bertambah. Kami berharap dapat melayani kebutuhan
pangan masyarakat yang lebih luas juga. Dibutuhkan dukungan dari semua pihak
termasuk masyarakat umum untuk saling bergandengan tangan membantu para korban
banjir di Lebak untuk proses pemulihan dan rehabilitasi mereka pascaberncana.
Berbagai aksi kemanusiaan kini telah menunggu Humanity Food Truck 3.0 dan
4.0," pungkas Ahyudin.
Sebelumnya, ACT telah mendistribusikan paket makanan siap
santap dari Humanity Food Truck 1.0 dan 2.0 ke beberapa wilayah, salah satunya
ke Kampung Seupang, Desa Pajagan, Sajira Lebak.
Distribusi menggunakan kendaraan berpenggerak empat roda
karena medan yang harus dilalui ke Kampung Seupang tak dapat dijangkau truk
berdapur dari ACT ini. Sedangkan proses masak dilakukan di Humanity Food Truck
yang diparkir tak jauh dari Alun-alun Sajira.
Lewat IndonesiaDermawan.id/BangunLebakKembali, ACT mengajak
publik seluas-luasnya untuk membangun kembalu kehidupan saudara sebangsa yang
terdampak bencana di Lebak, Banten.
(hmy/ril)