Notification

×

Tag Terpopuler

Persoalan Terpuruknya Olahraga dan Harapan Olahraga di Sumsel

Tuesday, February 04, 2020 | Tuesday, February 04, 2020 WIB Last Updated 2020-02-04T10:26:56Z


Penulis : Moh. Andrei Utama. AT, S. IP

Wakil Sekum V Koni Provinsi Sumsel

Salah satu pencitraan sebuah negara tidak hanya dilihat dari kesejahteraan, pendidikan, ekonomi, dan kekuatan militer. Olahraga pun menjadi sebuah pencitraan manis tentang bagaimana masyarakat dunia memandang sebuah negara. Sehingga, akan menjadi sebuah pertanyaan besar jika kondisi keterpurukan olahraga di Indonesia sering terlontar dari benak pemuda-pemuda bangsa yang berniat untuk memajukan Indonesia.                                                                   
Pada dasarnya banyak hal yang menyebabkan keterpurukan kondisi olahraga ini. Tak dapat dipungkiri jika di beberapa daerah, minimnya fasilitas latihan serta pendanaan masih menjadi masalah klasik yang menghantui pembinaan-pembinaan olahraga. Ada sebuah hal unik yang dapat kita ambil jika olahraga mampu menganalogikan sebuah karakter bangsa. Minimnya prestasi olahraga kita saat ini ternyata berbanding lurus dengan minimya rasa nasionalisme bangsa Indonesia.

Mungkin, sebagai penyebabnya bisa ditemukan pada:

1.Atlet dan Kesejahterannya

Tak jarang seorang atlet lebih memikirkan materi dalam setiap tugasnya. Kondisi tersebut tak sepenuhnya dapat disalahkan. Turunnya rasa nasionalisme dan Kedaerahan atlet untuk mengharumkan nama bangsa dan daerah nya bisa jadi muncul akibat kekecewaan atlet terhadap perilaku pemimpin yang tidak menghargai torehan prestasi mereka.      
                                                     
Pribahasa habis manis sepah dibuang pun menjadi perasaan para atlet saat ini. Dilematika antara keinginan untuk mengibarkan bendera di atas podium dengan permasalahan perut. Dalam setiap peluh latihan mereka pun muncul kekhawatiran akan nasib masa depan mereka saat tak mampu bersinar lagi.   
                                                        
Isu untuk meningkatkan kesejahteraan atlet sebenarnya sudah digemborkan oleh mantan Menpora Adhyaksa Dault pada tahun 2005 dengan program 1000 rumah bagi atlet berprestasi. Namun tetap saja isu tentang cara menyejahteraankan atlet tetap jadi permasalahan.       
           
Belakangan kini telah muncul sebuah paradigma bahwa ternyata pemerintah terlalu mudah memberikan atlet kail serta pancing tanpa memberitahu cara menggunakannya.                                   
Permasalahan di atas pada dasarnya bukan tanggung jawab pemerintah semata, tapi juga tanggung jawab kita Khusus nya Pengurus KONI serta seluruh Komponen terkait, Pertanyaan yang muncul saat ini adalah seberapa sering kita mengapresiasi dunia olahraga ini?    
                                              
Kesadaran akan kepedulian konkret untuk mengapresiasi dunia olahraga kurang terbangun di diri kaum muda. Sangat naif jika kita tak mampu belajar dari pendahulu kita para pemuda era perjuangan yang memang belum mampu berkontribusi besar untuk mengapresiasi dunia olahraga.                     
                                                                  
Jika kaum belum mampu belajar untuk membangun hal itu, maka kemungkinan besar kita tetap tidak akan menghargai jasa para atlet di masa yang akan datang. Bisa saja prestasi buruk olahraga di Indonesia khususnya Sumsel di masa kini dan masa datang akan tetap ada. Wajar jika adik-adik kecil kita yang tengah duduk di sekolah dasar hanya bercita-cita menjadi dokter, pilot, ilmuwan, dan profesi lain yang dianggap lebih menjanjikan. Dan tak diherankan jika tak satupun dari mereka ingin menjadi atlet.        
                   
Nama besar sebuah Daerah atau Negara tak hanya dilihat dari pendidikan, ekonomi, kesejahteraan, dan militer. Nama besar sebuah Negara juga akan dilihat dari prestasi olahraganya. Begitu juga dengan Indonesia. Mari berpikir secara menyeluruh. Mulai saat ini, mari kita berpikir bersama memajukan olahraga di Indonesia khususnya Sumsel .

2.Kesejahteraan Pelatih

Banyaknya pelatih-pelatih olahraga yang menyampaikan ilmu kepelatihan yang bekerja setengah-setengah (tidak maksimal), artinya Perekrutan pelatih harus ada perjanjian selain SK, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi diantaranya khusunya kesejahteraan dan pelatih yang bener bener proporsional .
3. Persoalan Tidak Berkembangnya Prestasi Olahraga Selain masalah-masalah yang ada dalam lingkup terpuruknya prestasi olahraga berikut ini 3 permasalahan  Diantaranya :

A. Pengurus Cabor dan pengurus Koni yang diisi oleh orang2 yg tidak proporsional dan mencintai olahraga dengan sungguh sungguh

B. Aturan atau pasal-pasal tentang sistim Keolahragaan Nasional yang justru menghambat majunya prestasi olahraga.

C. Kurikulum sekolah yang tidak memihak olahraga.

Adalah kenyataan bahwa olahraga dianggap mata pelajaran yang kurang mendapat tempat dalam kurikulum sekolah, untuk tingkat dasar atau setara dengan sekolah dasar yang seharusnya dapat menjadi titik tolak pembinaan olahraga usia dini di Indonesia ternyata porsinya termasuk kategori olahraga pendidikan saja, yang semestinya setiap sekolah mempunyai pembinaan cabang olahraga untuk menjadi sesuatu kegemaran.

4.Menatap Olahraga Sumsel ke Depan Melalui Pembinaan Terintergrasi

Sebagai daerah yg mempunyai fasilitas olah raga terlengkap di Indonesia. Sumsel  seharusnya sudah mempunyai program Olah raga usia dini, dan seluruh elemen terkait terintegrasi dalam pembinaaan olah raga . Koni Sumsel periode 2020 - 2024 yg baru dilantik dan diisi oleh orang orang yang mempunyai hasrat yang besar dalam memajukan olah raga dan di bawah komando H. Hendri Zainuddin sebagai Ketum dan Ir. Suparman Rohman sebagian Sekum akan meletakan pondasi bibit bibit atlet Sumsel masa depan, Dengan Program pembinaan jangka panjang terintergrasi bekerjasama dengan dinas pendidikan, PB Cabor, Sekolah  dan perusahaan yang ada di Sumsel akan konsten untuk membuat pembinaan olahraga di usia dini dan menjadikan Daerah sentral atlet olahraga di Indonesia. Atlet usia dini yang dibina akan diberikan beasiswa oleh dinas pendidikan yang Mengurus Pendidikannya , Dan atlet tersebut akan masuk dalam pembinaan PB cabor yang kerjasama dengan sekolah, PB.Cabor Mengurusnya dari segi pembinaannya secara terprogram dan masuk dalam bagian kegiatan Sekolah, Dan yang akan mengatur Untuk kebutuhannya akan diurus oleh perusahaan perusahaan yang ada di Sumsel , skema kerjasama semua terintregasi di Koni Sumsel sebagai penanggung jawab dan inilah  pembinaan terintegrasi, insya Allah pada PON 2024 dan PON 2028 Sumsel  Bisa Bangkit  dan Sesuai Motto Bapak Gubernur /Wakil Gubernur “BERSATU SUMSEL MAJU”
×
Berita Terbaru Update