![]() |
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumsel, Riza Pahlevi (kiri) saat memberikan keterangan kepada awak media. Selasa (11/2/2020). (foto:Kar) |
-Disdik Bentuk Tim Khusus
PALEMBANG, SP – Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) bakal membuat tim khusus untuk menelusuri kebenaran terkait kelalaian pihak sekolah yang tidak mendaftarkan siswa pada jalur Seleksi Nasional Masuk Pewrguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2020.
Sebelumnya, ada 224 siswa Sekolah Menengat Atas Negeri (SMAN) 18 Palembang harus putus harapan mengikuti SNMPTN 2020. Seleksi SNMPTN sendiri menjadi jalur istimewa yang dimiliki siswa karena bisa diterima di perguruan tinggi ternama di Indonesia tanpa harus mengikuti proses tes terlebih dahulu.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumsel, Riza Pahlevi mengatakan, telah membuat tim khusus untuk mencari kebenaran terkait dugaan kelalaian pihak sekolah yang tidak melakukan input data siswa dalam jalur SNMPTN 2020.
“tim ini terdiri dari pengawas, pengawas pembina dan pihak Disdik Sumsel sendiri. Mereka akan bekerja selama tiga hari, hasilnya akan kita laporkan kepada pimpinan. Setelah itu baru akan kita beriksan sanksi kepada sekolah,” ungkapnya.
Dijelaskan Riza, hingga saat ini pihaknya belum bisa memberikan kepastian sanksi apa yang akan diberikan kepada pihak sekolah karena telah lalai melaksanakan tugas yang menjadi kegiatan rutin tahun tersebut. Kendati demikian, pihaknya memastikan pihak sekolah akan mendapatkan sanksi terkait kelalaian yang telah dilakukan karena merugikan peserat didik. “Akan ada sanksi, namun belum tahu apa saknsinya. Bisa pembinaan atau sanksi lainnya,” ungkapnya.
Riza menjelaskan, bagi 224 siswa SMAN 18b Palembang yang tidak diinput nilainya telah dipastikan tidak bisa mengikuti proses pelaksanaan SNMPTN 2020. Kendati demikian, pihaknya meminta siswa dan orang tua agar tetap memanfaatkan jalur penerimaan lainnya seperti SBMPTN dan USM.
“Bagi 224 siswa ini harapan untuk ikut SNMPTN sudah pupus. Jadi manfaatkanlah jalur lainnya,” ucap Riza.
Sebelumnya, Kepala SMAN 18 Palembang, Sri Asmuniah telah mengakui jika peristiwa yang mengorbankan 224 anak didiknya tersebut merupakan murni sekolah karena merasa tidak mendapatkan informasi untuk mempermanenkan data.
“Pihak sekolah tidak menginput data permanen sekolah, jadi kita tidak bisa mengikutsertakan peserta didik di SNMPTN tahun ini. Ada dua guru dan satu operator yang kita kirim saat sosialisasi, nah mereka ini merasa tidak mendapatkan informasi untuk mempermanenkan data tersebut karena tahun-tahun sebelumnya tidak ada aturan mempermanenkan data,” ungkapnya. (Kar)