Informasi yang diterima, saat hujan turun tidak sedikit pengendara harus menginap di jalan karena mobilnya tidak bisa keluar dari kubangan lumpur.
Alek (38) warga Desa Pauh mengatakan selain berlumpur, jalan juga sangat licin, dan mirisnya lagi saat hujan turun permukaan jalan tertutup air sehingga semakin menyulitkan pengendara melintas.
"Ya beginilah kondisi jalan di desa kami dari dulu hingga sekarang, pada saat musim hujan jalannya berlumpur dan saat musim kemarau kami mandi debu. Hingga kini jalan desa kami sama sekali belum tersentuh perbaikan,” ujarnya.
Dia menggugah Pemkab Muratara melalui dinas terkait untuk secepatnya melakukan perbaikan minimal dilakukan pengerasan.
"Kalau kami ini sudah sering tidur di jalan karena mobil terjebak kubangan lumpur. Kalau sudah begini biasanya panjang barisan macetnya, dan semuanya bermalam di jalanan,” katanya.
Alek mengaku iri dengan desa lain yang jalannya sudah mulus, sementara jalan menuju desanya tidak pernah tersentuh pembangunan.
“Desa kami ini seolah-olah dianaktirikan, dari tahun ke tahun pembangunan begitu saja, mau keluar desa saja kami sulit karena buruknya infrastruktur jalan,” ujar Alex dengan nada sedih.
Aliseman (42) sopir Angdes jurusan Pauh-Lubuklinggau mengatakan saat hujan deras, ia terpaksa tidak narik penumpang ke Lubuklinggau karena takut mobilnya masuk lumpur.
“Kami masyarakat Desa Pauh berharap kepada pemkan untuk memperbaiki jalan menuju desa kami, supaya tidak susah untuk keluar masuk desa. Desa kami sangat tertinggal jika dibanding dengan desa lain,”ungkapnya. (zm)