Notification

×

Tag Terpopuler


HMI Soroti Kasus Kemiskinan di Palembang

Thursday, February 06, 2020 | Thursday, February 06, 2020 WIB Last Updated 2020-02-06T03:16:32Z

PALEMBANG, SP Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) MPO Cabang Palembang kembali melakukan aksi unjuk rasa di Kantor Walikota Palembang, Rabu (5/2/2020). Dalam aksi tersebut, massa yang terdiri dari sejumlah kampus di Palembang ini menyoroti kasus kemiskinan di Kota Palembang.

Ketua Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) MPO Cabang Palembang Darussalam, Febri Walanda mengatakan, Kota Palembang adalah kota metropolitan dengan kepadatan penduduk mencapai lebih dari 1,6 juta jiwa, dimana saat ini menampakkan dua wajah yang kontradiktif.

Yakni, sisi pertama menampilkan gambaran dengan geliat pembangunan infrastmktur kota yang begitu pesat, di satu sisi yang lain menampilkan kebobrokan pembangunan SDM yang begitu memprihatinkan.

"Mulai dari angka kemiskinan Kota Palembang yang masih dua digit (10,90 persen) dan berada di atas angka kemiskinan nasional," katanya.

Dijelaskannya, saat ini Palembang menjadi kota penyumbang angka pengangguran terbesar di Sumsel yakni 7,94 persen dari total penganggurna di Sumselyang mecapai 185.000 orang.

Selain itu, per September 2019 lalu ada 1.278 anak putus sekolah, 4.641 balita kekurangan gizi (stunting) dan ribuan pedagang kecil yang terzalimi dikarenakan menjamurnya jumlah minimarket yang tidak lagi terkontrol oleh Pemkot Palembang dan akhirnya mematikan usaha rakyat kecil.

"Semua itu adalah masalah mendasar yang masih belum mendapat penanganan serius dari Pemkot Palembang," katanya.

Pihaknya meminta, pemerintah lebih memperhatikan masyarakat kecil seperti memberikan perhatian lebih serius terhadap para pelaku usaha kecil rakyat, ketimbang memberikan fasilitas untuk kaum menengah keatas.

Ada lima tuntutan yang disuarakan HMI Cabang Kota Palembang, pertama meminta Pemerintah Kota Palembang untuk segera berbenah memberikan perhatian lebih banyak kepada rakyat miskin kota dengan melaksanakan program-program pengentasan kemiskinan tepat sasaran guna menurunkan angka kemiskinan Kota Palembang menjadi satu digit.

Kedua, segera lakukan tindakan secara efektif dan menyeluruh untuk mengikis jumlah pengangguran di Kota Palembang.

Ketiga, segera optimalkan peran sekolah filial dan instrumen-instrumen lainnya untuk memfasilitasi anak putus sekolah dan anak-anak tak mampu sekolah agar dapat mengenyam bangku pendidikan.

Keempat, segera tanggap dalam upaya penyelesaian dan pencegahan kasus stunting (bayi kurang gizi) di Kota Palembang dan yang paling penting, segera atur dan tertibkan minimarket-minimarket yang jumlahnya membludak di Kota Palembang dengan memberi perhatian lebih serius terhadap para pelaku usaha kecil rakyat.

Sementara itu, Asisten III bidang Administrasi dan Keuangan Sekretariat Daerah (Setda) Kota Palembang, Agus Kelana mengatakan, menampung aspirasi yang disampaikan, sebagai masukkan dan perbaikan untuk kedepan. Salah satunya terus menjamurnya minimarket waralaba sampai ke pelosok perkampungan yang dapat mematikan usaha masyarakat kecil.

"Jadi ini harus jadi pertimbangan. Karena usaha-usaha UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) harus jadi perhatian juga. Jangan sampai, usaha-usaha kecil seperti warung mati," ujarnya.

Agus melihat, Palembang harus mencontoh beberapa daerah, seperti di Padang dan Bali. Mereka membatasi bahkan di Padang mereka melarang adanya Minimarket waralaba seperti Indomaret, Alfamart.

"Mungkin kita tidak bisa melarang dan menutup investasi, tapi harus dibatasi untuk mejaga usaha-usaha kecil menengah jangan sampai mati," ujarnya. (Ara)
×
Berita Terbaru Update