![]() |
PALEMBANG, SP – Pemerintah
Provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan (Sumsel) menyatakan kesiapsiagaan terhadap
bencana alam yang akan terjadi selama musim hujan beberapa bulan kedepan.
Wakil Gubernur Sumsel,
Mawardi Yahya mengatakan, status siapsiaga bencana alam tersebut bertujuan bisa
mengatasi sejumlah maslaah selama musim hujan tahun ini bisa diatasi.
“Kita nyatakan sumsel
siapsiaga terhadap bencama alam. Diharapkan permasalahan klasik seperti
terlambat, belum ada laporan, belum ada petunjuk, tanggung jawab atau dinas
instansi lain, tidak terjadi lagi,” ungkapnya usai melakukan apel siapsiaga
bencana di Griya Agung Palembang, Rabu (14/1/20).
Dijelaskannya, kondisi
geografis Sumsel dengan dataran tinggi (Pegunungan) dibagian Barat seperti
Pagaralam, Lahat, Muara Enim dan OKU Selatan, berpotensi terjadinya peristiwa
alam seperti gunung meletus, guguran larva panas, Gas beracun atau belerang
(Gunung Dempo) yang merupakan gunung api aktip, tanah longsor, banjir bandang
dan angin puting beliung.
“Sementara di bagian timur
yang merupakan dataran rendah dan perairan seperti Musi Banyuasin, Banyuasin,
Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir dan Palembang, mempunyai potensi terjadinya
potensi banjir akibat luapan air sungai dan menimbulkan genangan yang
dipengaruhi oleh musim hujan dan pasang air laut, abrasi pantai, selain itu
juga pada daerah yang lebih terbuka dapat terjadi angin puting beliung,”
ujarnya.
Menurut Mawardi, rangkaian
peristiwa alam tersebut sebenarnya merupakan peristiwa alam bisa saja terjadi yang
berujung menjadi masalah atau bencana, seperti merobohkan rumah, merusak sarana
prasarana dan fasilitas masyarakat yang ada, atau bahkan menimbulkan korban
jiwa baik luka-luka atau bahkan meninggal dunia.
“Jika kita tidak siap dan tidak bisa melaksanakan
upaya kesiapsiagaan tentu bencana ini akan menjadi masalah bersama,” ucapnya.
Tak hanya itu, Mawardi menilai sejumlah
bencana tersebut terjadi akibat terdegradasinya kondisi alam atau kurangnya
daya dukung alam seperti kerusakan hutan, pertambangan, budaya masyarakat
seperti membuang sampah sembarangan dan lain lain.
“Mari kita memanfaatkan alam ini secara bijak
untuk meningkatkan perekonomian tanpa merusak alam sehingga kehidupan kita akan
terjaga dan terlebih lagi kita masih dapat mewariskan alam dan lingkungan yang
lestari untuk kehidupan anak cucu kita dimasa yang akan datang,” paparnya.
Dijelaskannya, pada akhir tahun 2019 sampai
dengan awal tahun 2020 ini terjadi bencana alam banjir bandang dan tanah
longsor pada beberapa wilayah di Sumsel, termasuk di Kabupaten Lahat yang
mengakibatkan kerusakan fasilitas umum dan sosial yang ada serta pemukiman
masyarakat.
Sementara pada Tahun 2019 di wilayah Provinsi Sumsel tercatat terjadi bencana sebanyak 188 kali kejadian bencana, yang terbanyak adalah kebakaran rumah penduduk sebanyak 116 kali, bencana yang lainnya adalah banjir, angin puting beliung, banjir bandang, kecelakaan perahu.
Kejadian bencana tersebut mengakibatkan rumah
terendam sebanyak 9.613 unit, rumah terbakar sebanyak 367 unit, rumah roboh dan
rusak berat sebanyak 141 unit, jembatan putus/rusak sebanyak 23 unit, sawah
terendam 1.662, 5 ha dan perkebunan terendam sebanyak 1.000 ha, ini terjadi
selama tahun 2019.
Pada awal tahun 2020, ujarnya Mawardi, sudah terjadi 3 kali kejadian bencana, dengan
dampak yang cukup besar, yaitu banjir bandang di Kabupaten Empat Lawang, Kota
Pagaralam dan Kabupaten Lahat. Banjir bandang yang terjadi meliputi 9 Kecamatan
dan (5 Kecamatan ada di Kabupaten Lahat) serta meliputi 29 Desa.
“Dampat kejadian tersebut cukup besar dan
mengakibatkan 3 unit jembatan putus/roboh 7 unit, rumah hanyut, 8 unit, rumah
rusak berat 45 unit, rumah rusak ringan 702 unit dan rumah terendam 166 unit,”
paparnya. (Kar)