MUBA, SP - Pelepah pinang selama ini sering dianggap sampah bagi
kalangan petani di Desa Mendis, Kecamatan Bayung Lencir, Sumatera Selatan.
Petani tidak memiliki pilihan lain selain membakarnya bila mulai tampak merusak
pemandangan. Hanya beberapa lembar saja yang dimanfaatkan untuk keperluan rumah
tangga semacam penutup tempayan.
Namun saat ini warga yang bermukim
di kawasan hidrologis gambut sungai merang ini mulai memanfaatkannya untuk
pembuatan piring, kotak nasi. Wisatawan membelinya sebagai buah tangan sedangkan
pemerintah setempat akan menjadikannya produk utama pengganti wadah plastik dan
stereofoam.
Untuk melihat tekad warga Mendis
menangkap peluang pengayaan manfaat pelepah pohon pinang, “Minggu, 15 Desember
yang lalu, saya menemui kelompok Koperasi Mendis Maju Bersama (MMB). Tiba di
desa yang berjarak sekitar 8 jam perjalanan darat dari Kota Palembang ini, saya
langsung disambut suara mesin pemotong pelepah pinang,” ujar Supriyanto, Ketua
Koperasi MMB,” kemarin.
Kebetulan saat itu menurut
Supriyanto, ia dan rekan-rekannya tetap kerja meskipun di hari libur guna
mengejar pemenuhan permintaan sebuah restoran di Jakarta. “Pendatang sangat
tertarik untuk oleh-oleh bahkan Mereka ada yang minta dikirim piring dan kotak
nasi sebanyak 2500 buah,” kata Supriyanto.
Untuk memproduksi peralatan makan
dari pelepah pinang tidak terlalu sulit. Sebelum dicetak menggunakan mesin
pres, pelepah dicuci bersih menggunakan air. Selanjutnya dikeringkan baik
menggunakan pemanas elektrik maupun secara manual di bawah terik matahari. Selanjutnya
dilakukan pemotongan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Kemudian pelepah
ditaruh ditempat penyimpanan bahan baku atau bisa langsung di cetak. “Sebelum
cetak, pelepah harus dibasahi agar lebih lentur dan tidak gampang sobek,” kata
Supriyanto.
“Tidak perlu dipelitur karena dia
mengkilat secara alami,” imbuhnya. Persedian bahan baku terbilang mencukupi
dari sekitar desa Mendis. Bila kekurangan, Supriyanto mendatangkan bahan baku
langsung dari Jambi yang berjarak sekitar 2 jam dari Mendis. Pada tingkat
petani, ia membelinya Rp300-400 per lembar berukuran lebar minimal 25 cm.
Setiap lembar bahan bisa dijadikan maksimal 2 produk. Setelah melalui berbagai
pentahapan produksi, piring dan sendok pelepah siap dipasarkan dengan harga
mulai dari Rp1500-1800 setiap bijinya.
“Kalau cuaca bagus kami bisa
produksi hingga 50 ribu buah sebulannya,” ujarnya.
Sementara itu Wijaya Asmara,
Comunity Bussines Development Specialist, Kelola Sendang ZSL Indonesia
menjelaskan pihaknya memberikan pendampingan dari hulu hingga hilir agar
masyarakat tidak lagi memandang pelepah pinang sebagai sampah. Selain itu,
pendampingan berupa pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan dilakukan untuk
mengurangi ketergantungan warga dari pemanfaatan hasil hutan secara illegal
seperti perambahan dan membuka dengan cara membakar. “Karya warga Mendis sudah
kami daftarkan pada kantor Kementerian hukum dan HAM,” katanya.
Kedepanya menurut Wijaya, pihak
Kelola Sendang-ZSL Indonesia akan meningkatkan kemampuan pengrajin dalam hal
pengembangan produk dan usaha. Jika sekarang baru mampu memproduksi piring dan
kotak nasi, tidak lama lagi warga bisa membuat sendok, gelas, dan mangkok.
Sedangkan sisa potongan pelepah dipastikan bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak
sapi dan kambing.
Terpisah Bupati Musi Banyuasin Dodi
Reza Alex Noerdin Menyatakan Bangga Dengan Hasil Produk ramah lingkungan yang
diproduksi oleh warga mendis kelompok koperasi Mendis Maju Bersama yang selama
ini dibimbing oleh tim kelola sendang ZSL Indonesia, dan sudah dipasarkan
bahkan produk ini menjadi pesanan salah satu restoran di Jakarta.
“Nah ini program pemberdayaan masyarakat Muba yang hidup dan bermukim di
kawasan hidrologis gambut sungai merang Musi Banyuasin dan sangat terbantu
sekali, tentunya program yang baik ini menambah penghasilan warga sebagai
bagian pengentasan kemiskinan serta produk yang dihasilkan pun ramah
lingkungan, seperti diketahui warga mulai memanfaatkannya untuk pembuatan
piring, kotak nasi. Wisatawan membelinya sebagai buah tangan sedangkan pemkab
Muba akan menjadikannya produk utama pengganti wadah plastik dan stereofoam,’
ujar Dodi.
Dodi Reza Alex yang juga sebagai
Ketua Lingkar temu Kabupaten Lestari ini juga berharap program-program
pemberdayaan masyarakat seperti ini harus terus digenjot sesuai dengan potensi
yang ada didaerah Musi Banyuasin dan OPD terkait dapat bersinergi bersama
dengan stakeholder terkait, guna
meningkatkan pendapatan warga Muba dan melalui program pemberdayaan
masyarakat.(ril)