Notification

×

Tag Terpopuler

Produk Muba “ Piring Pelepah Pinang” yang Ramah Lingkungan

Monday, January 06, 2020 | Monday, January 06, 2020 WIB Last Updated 2020-01-06T04:00:04Z


MUBA, SP - Pelepah pinang selama ini sering dianggap sampah bagi kalangan petani di Desa Mendis, Kecamatan Bayung Lencir, Sumatera Selatan. Petani tidak memiliki pilihan lain selain membakarnya bila mulai tampak merusak pemandangan. Hanya beberapa lembar saja yang dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga semacam penutup tempayan.

Namun saat ini warga yang bermukim di kawasan hidrologis gambut sungai merang ini mulai memanfaatkannya untuk pembuatan piring, kotak nasi. Wisatawan membelinya sebagai buah tangan sedangkan pemerintah setempat akan menjadikannya produk utama pengganti wadah plastik dan stereofoam.

Untuk melihat tekad warga Mendis menangkap peluang pengayaan manfaat pelepah pohon pinang, “Minggu, 15 Desember yang lalu, saya menemui kelompok Koperasi Mendis Maju Bersama (MMB). Tiba di desa yang berjarak sekitar 8 jam perjalanan darat dari Kota Palembang ini, saya langsung disambut suara mesin pemotong pelepah pinang,” ujar Supriyanto, Ketua Koperasi MMB,” kemarin.

Kebetulan saat itu menurut Supriyanto, ia dan rekan-rekannya tetap kerja meskipun di hari libur guna mengejar pemenuhan permintaan sebuah restoran di Jakarta. “Pendatang sangat tertarik untuk oleh-oleh bahkan Mereka ada yang minta dikirim piring dan kotak nasi sebanyak 2500 buah,” kata Supriyanto.

Untuk memproduksi peralatan makan dari pelepah pinang tidak terlalu sulit. Sebelum dicetak menggunakan mesin pres, pelepah dicuci bersih menggunakan air. Selanjutnya dikeringkan baik menggunakan pemanas elektrik maupun secara manual di bawah terik matahari. Selanjutnya dilakukan pemotongan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Kemudian pelepah ditaruh ditempat penyimpanan bahan baku atau bisa langsung di cetak. “Sebelum cetak, pelepah harus dibasahi agar lebih lentur dan tidak gampang sobek,” kata Supriyanto.

“Tidak perlu dipelitur karena dia mengkilat secara alami,” imbuhnya. Persedian bahan baku terbilang mencukupi dari sekitar desa Mendis. Bila kekurangan, Supriyanto mendatangkan bahan baku langsung dari Jambi yang berjarak sekitar 2 jam dari Mendis. Pada tingkat petani, ia membelinya Rp300-400 per lembar berukuran lebar minimal 25 cm. Setiap lembar bahan bisa dijadikan maksimal 2 produk. Setelah melalui berbagai pentahapan produksi, piring dan sendok pelepah siap dipasarkan dengan harga mulai dari Rp1500-1800 setiap bijinya.
“Kalau cuaca bagus kami bisa produksi hingga 50 ribu buah sebulannya,” ujarnya.

Sementara itu Wijaya Asmara, Comunity Bussines Development Specialist, Kelola Sendang ZSL Indonesia menjelaskan pihaknya memberikan pendampingan dari hulu hingga hilir agar masyarakat tidak lagi memandang pelepah pinang sebagai sampah. Selain itu, pendampingan berupa pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan dilakukan untuk mengurangi ketergantungan warga dari pemanfaatan hasil hutan secara illegal seperti perambahan dan membuka dengan cara membakar. “Karya warga Mendis sudah kami daftarkan pada kantor Kementerian hukum dan HAM,” katanya.

Kedepanya menurut Wijaya, pihak Kelola Sendang-ZSL Indonesia akan meningkatkan kemampuan pengrajin dalam hal pengembangan produk dan usaha. Jika sekarang baru mampu memproduksi piring dan kotak nasi, tidak lama lagi warga bisa membuat sendok, gelas, dan mangkok. Sedangkan sisa potongan pelepah dipastikan bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi dan kambing.

Terpisah Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex Noerdin Menyatakan Bangga Dengan Hasil Produk ramah lingkungan yang diproduksi oleh warga mendis kelompok koperasi Mendis Maju Bersama yang selama ini dibimbing oleh tim kelola sendang ZSL Indonesia, dan sudah dipasarkan bahkan produk ini menjadi pesanan salah satu restoran di Jakarta.

“Nah ini program pemberdayaan masyarakat Muba yang hidup dan bermukim di kawasan hidrologis gambut sungai merang Musi Banyuasin dan sangat terbantu sekali, tentunya program yang baik ini menambah penghasilan warga sebagai bagian pengentasan kemiskinan serta produk yang dihasilkan pun ramah lingkungan, seperti diketahui warga mulai memanfaatkannya untuk pembuatan piring, kotak nasi. Wisatawan membelinya sebagai buah tangan sedangkan pemkab Muba akan menjadikannya produk utama pengganti wadah plastik dan stereofoam,’ ujar Dodi.


Dodi Reza Alex yang juga sebagai Ketua Lingkar temu Kabupaten Lestari ini juga berharap program-program pemberdayaan masyarakat seperti ini harus terus digenjot sesuai dengan potensi yang ada didaerah Musi Banyuasin dan OPD terkait dapat bersinergi bersama dengan stakeholder terkait,  guna meningkatkan pendapatan warga Muba dan melalui program pemberdayaan masyarakat.(ril)
×
Berita Terbaru Update