Santri Pondok Pesatren Ar Riyadh Palembang, Abie Al Ghifary. (foto:ist) |
PALEMBANG, SP -
Bahasa Arab bukan sesuatu bahasa yang mudah untuk dipahami, apalagi anak
milenial cenderung mempelajari bahasa inggris, seiring dengan kemajuan
teknologi saat ini. Selain itu, sulit untuk dipelajari menjadikan bahasa yang
lumrah dipakai di Negara Timur Tengah dan Afrika Utara ini minim diminati
kalangan pelajar saat ini.
Namun, tidak bagi seorang, Abie Al Ghifary, anak muda masih
mengeyam pendidikan di Pondok Pesantren Ar-Riyadh Palembang ini mampu menjawab
kesulitan itu dengan segudang prestasi yang telah dimilikinya.
Bukan sekedar asal bisa saja, Abie, begitu sapaan karibnya,
menerapkan bahasa tersulit di muka bumi itu dalam bentuk pidato. Hasilnya luar
biasa, dia kerap menjadi juara ketika berlomba pidato dalam bahasa Arab. Tahun
2017, Abie kecil pernah juga menjuarai lomba pidato berbahasa inggris,
meskipun hanya mendapat juara III.
Remaja yang bercita-cita menjadi dokter ini, juga sempat menjuarai
lomba pidato bahasa Arab di lingkungan Pondok Pesatren Ar Riyadh Palembang,
tempat sang penceramah mengenyam pendidikan. Dia baru duduk di kelas 1 Madrasah
Aliyah, namun sudah bisa membanggakan kedua orang tuanya melalui sejumlah
prestasi yang telah dicapainya.
Anak muda yang lahir pada 19 Juni 2005 ini mengaku, untuk
mencapai kesuksesan tersebut dibutuhkan kerja keras. Bahkan, untuk ikut dalam
ajang perlombaan saja, dia harus meluangkan waktu selama 2 minggu agar bisa
tampil maksimal.
“Persiapan 2 minggu.
Sebelum hari H. Saya menulis pidato, lalu dihapal setiap hari, subuh, siang dan
menjelang tidur,” cakap Abie memulai wawancaranya bersama Sumsel Pers.
Kendati telah menorehkan segudang prestasi, Abie mengaku
jika belajar bahsa arab sangat sulit untuk dilakukan. Menurutnya, bahas arab
memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi karena bukan bahasa yang biasa
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
“Dalam prose hafal juga harus teliti sekali. Persaingan juga
cukup berat, karena teman-teman sudah ada yang jago bahkan sampai tartil bahasa
arab,” ucap dia.
Menurut Abie, waktu yang tepat dimanfaatkan untuk meghafal
adalah usai shalat Shubuh hingga matahari terbit. Waktu ini dinilainya menjadi
momentum untuk menghafal yang baik ketimbang waktu lainnya.
“Ketika tampil jangan grogi, itu yang saya tekankan terus
kak. Begitu berdiri melihat audiens, lalu baca doa dalam hati dan semua
berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Alhamdulillah bisa juara,” ungkap
pemenang tingkat Nasional Hadroh di Bandung, 26 Novemver 2019 lalu ini.
Bbersama teman-temannya, Abie telah banyak mengoleksi
sejumlah gelar juara seperti menduduki peringkat pertama lomba hadroh tingkat
Kota Palembang melalui Pospekot tingkat Palembang, Pospeda tingkat provinsi
pada 7 Oktober 2019, dan Pospenas tingkat Nasional tanggal 26 Oktober 2019,
semua juara pertama.
Meskipun, prestasi yang ditorehnya baru sebatas ruang
lingkup internal sekolahnya saja, tapi Abie tidak ingin patah arangdan akan
terus meningkatkan kemampuan bahasanya agar bisa bersaing dikanca yang lebih
tinggi baik nasional hingga internasional.
“Dukungan orang tua tentu selalu menjadi motivasi bagi saya
dalam meraih prestasi, terutama, pesan dan nasehat ayah nya tercinta. Untuk
melatih mental dan ingin menularkan kecintaan bahas arab ke anak-anak generasi
milinial. Karena saat ini, anak-anak sudah sibuk dengan gadget,” pesan mulia
dari seorang Abie. (Kar)