Ilustrasi (foto/net) |
PALEMBANG, SP – Minimnya tersedianya
pompa air yang sejumlah anak sungai kota Palembang menjadi salah satu penyebab
banjir yang melanda beberapa kawasan Kota Palembang. Penyediaan pompa di sejumlah anak sungai
Palembang menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah Kota Palembang dalam
mengatasi permasalah banjir.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota
Palembang, Ahmad Bastari Yusak mengatakan, saat ini Kota Palembang hanya
memiliki enam pompa di sejumlah anak sungai. Seperti di kawasan Kapten A Rivai,
IBA, Mayor Ruslan Simpang 5, 26 Ilir dan Bay Salim.
"Baru di enam anak sungai saja. Minimnya pompa yang
dimiliki menjadi PR Pemerintah Kota Palembang selanjutnya demi mengentas
permasalahan banjir," katanya, Minggu (19/1/2020).
Selain itu, dari 28 kolam retensi yang ada di Palembang,
diakuinya, pompa air baru ada di Kolam Retensi Brimob dan IBA. "Idealnya
setiap kolam retensi itu ada pompa, minimal 1 pompa. Tapi sejauh ini kolam yang
dilengkapi pompa hanya baru Kolam Retensi IBA, satu pompa ini dengan kapasitas
600 liter perdetik," katanya.
Bastari tidak menampik, jika pengadaan pompa air membutuhkan
sekitar Rp1 miliar termasuk untuk rumah pompa. Selain itu, setelah dipasang
harus ada yang bertanggungjawab untuk pemeliharaan. "Karena anggarannya
bertahap, maka pengadaannya pun bertahap," ujarnya.
Wakil Walikota Palembang Fitrianti Agustinda mengatakan,
berdasarkan topografinya Palembang merupakan kota dengan 60 persen rawa-rawa.
Sehingga sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Kota Palembang nomor 11/2012 tentang daerah rawa, ada prosedur dan penilaian tertentu
mengenai pembangunan kolam retensi dan hal lainnya di sekitar daerah rawa.
Fitrianti menegaskan, pembangunan kolam retensi ini penting tapi
harus dirawat dan jangan sampai terjadi sendimentasi seperti yang di Kolam
Retensi IBA baru-baru ini. "Lumpur mengendap, ini harus dikeruk,"
ujarnya.
Selain
itu, untuk mengatasi banjir, instansi terkait harus memperhatikan mana rawa
konservasi dan budidaya. Meski tidak mengetahui jumlah luasan rawa yang
tersisa, namun ia memastikan pasti ada pengurangan. "Di kawasan yang
banyak permukiman baru, seperti Gandus, harus ada cek ulang perbandingan jumlah
dulu dan sekarang," katanya. (Ara)