PALEMBANG, SP - Sebagai salah satu kota tertua di Indonesia dengan usia 1336, Kota Palembang tidak memiliki banyak wisata alam. Kota pempek ini terkenal dengan wisata budaya, salah satunya Kampung Arab Al Munawar di Kelurahan 13 Ulu, RT 24, RW 02, Kecamatan Seberang Ulu II.
Kampung Al Munawar sangat strategis dikunjungi baik dari jalur darat maupun sungai. Jika menggunakan jalur darat, wisatawan bisa menggunakan angkutan umum melewati Jembatan Ampera. Sedangkan menggunakan jalur sungai, pengunjung bisa naik Ketek atau perahu kecil dari Dermaga Pasar 16 Ilir di bawah Jembatan Ampera.
"Awalnya Kampung Arab ini tidak terbuka untuk umum, masyarakat Palembang tidak banyak tahu kalau banyak bangunan bersejarah disini dan punya potensi wisata yang indah," kata Muhammad yang juga sebagai Ketua RT 24 Kampung Al Munawar.
Setelah sosialisasi pada awal 2015 awal, Maret 2015 disetujui jika Kampung Al Munawar sebagai Kampung Wisata Religi. Penataan tanpa merubah yang sudah ada, dibantu pemerintah dilakukanlah perbaikan drainase, penataan taman dan pengecatan di beberapa titik.
Kampung Al Munawar didirikan oleh Abdurahman bin Muhammad Al Munawar yang merupakan asli orang Yaman. Beliau memiliki delapan anak, empat perempuan dan empat laki-laki. Hingga sekarang, di kampung ini ada 60 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk lebih dari 200 jiwa.
"Semuanya kami adalah keluarga dari keturunan Yaman," ujarnya.
Di setiap sudut Kampung Al Munawar, terdapat bangunan-bangunan yang masih sangat asli. Terbuat dari kayu ulin dan baru marmer dengan usia 250-300 tahun lalu. Dari belasan rumah tua yang ada, delapan rumah ditetapkan sebagai cagar budaya. Diantaranya Limas Kijing, Limas Gudang (yang paling tua usia 300 tahun), Rumah Batu atau Indis, Rumah Kembar Darat dan Kembar Laut.
"Karena ini rumah lama, jadi kental sekali dengan nuansa luar. Dari delapan itu ada lima type Eropa, Satu Indis, dan dua khas rumah khas Palembang," katanya.
Rumah dengan arsitektur yang unik menjadi icon untuk berfoto, seperti Rumah Batu atau Indis. Deretan bangku dipajang untuk duduk-duduk santai dengan beberapa tanaman sebagai penyejuknya. Pengunjung hanya dikenakan Rp5000 perorang saat memasuki kawasan ini. Pengunjung diharuskan menggunakan pakaian sopan tanpa mengumbar aurat meskipun tidak menggunakan hijab.
"Tak hanya menikmati rumah-rumah dengan arsitektur unik, Kampung Al Munawar memiliki pemandangan luar biasa di tepian Sungai Musi. Pengunjung dalam sehari 30-50 orang, saat weekend jauh lebih banyak hingga 100 orang," katanya.
Kegiatan keagamaan selalu dilakukan di Kampung Arab ini. Rumah Limas Gudang sebagai rumah tertua dengan usia 300 tahun, menjadi tempat belajar keagamaan, majlis taklim dan kajian Islam lainnya. "Masyarakat umum setiap hari datang untuk belajar bersama, tidak hanya orang asli sini saja," katanya.
Tak hanya itu, tiga agenda kegiatan tahunan pun selaku rutin dilakukan. Mulai dari setiap 27 Rajab melakukan kegiatan Isra Mijraj dan haul meninggalnya pendiri kampung itu. Kemudian, pernikahan setahun sekali di bulan Rajab dan yang ketiga memperingati Maulid Nabi.
"Terkenal dengan Kampung Wisata Religi karena disini kental dengan kegiatan keagamaan. Pengunjung yang datang ada juga dari Timur Tengah, Malaysia, Singapura," katanya.
Beberapa fasilitas di kawasan itu sudah perlu ditambah. Pemerintah Kota Palembang merencanakan akan memperbaikinya pada 2020. Tak hanya itu, Bank Indonesia akan memberikan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam bentuk mempercantik Kampung Al Munawar.
"Ya, beberapa harus diperbaiki, kami berharap pemerintah kembali mau membantu," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang, Isnaini Madani mengatakan, Kampung Arab Al Munawar ini sebagai salah satu destinasi wisata halal Palembang. Wisata halal ini selain untuk menggaet wisatawan dan memberikan rasa aman, juga menjadi identitas Kota Palembang.
"Wisata halal artinya bisa memberikan kenyamanan bagi wisatawan Mancanegara Muslim untuk bisa beribadah di tempat-tempat wisata atau pusat kuliner yang telah tersertifikasi," jelasnya. (Ara)