Notification

×

Tag Terpopuler


Gaet Milenial Kagumi Kain Khas Sumsel

Thursday, November 07, 2019 | Thursday, November 07, 2019 WIB Last Updated 2019-11-07T02:49:18Z
Tampak para pengunjung dengan antusias melihat dan bahkan berfoto dengan koleksi kain khas sumsel dan koleksi lainnya yang ada di Museum Negeri Sumatra Selatan Balaputra Dewa, (foto/lan)
PALEMBANG, SPProvinsi Sumatra Selatan (Sumsel) dikenal sebagai daerah dengan kekayaan kain tradisional. Bukan hanya songket Palembang, jumputan, hingga batik khas Sumsel pun ada. Di Museum Negeri Sumatra Selatan Balaputra Dewa yang berada di Jalan Srijaya KM 5 Palembang sedang digelar pameran kain tradisional Sumsel.

Dalam pameran yang digelar disalah satu ruangan di museum tersebut, beragam jenis kain khas yang ada di Sumsel dipamerkan. Bukan hanya kain yang saat ini masih beredar ditengah masyarakat, kain khas yang digunakan oleh Kerajaan Sriwijaya pun dipajang. Selain songket dan jumputan yang jadi khas Sumsel, museum ini juga menampilkan beragam kain yang lain, seperti kain batik lasem, kain rumpak, kain sarung tajung poleng limar patut, dan sebagainya.

Menariknya, berbagai pelajar mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga SMP dan SMA datang silih berganti untuk melihat pameran tersebut. Para pelajar ini melihat puluhan jenis kain khas Sumsel yang tersusun rapi dalam lemari kaca. “Saat ini banyak kaum milenial, utamanya pelajar yang belum mengerti dan mengetahui aneka kain khas Sumsel. Karenanya kami mengajak mereka untuk datang dan melihat dengan detail kain-kain khas ini,” ujar Chandra Amprayadi, Kepala Museum Negeri Sumsel Balaputra Dewa.

Bukan hanya melihat dan mengenal saja, lanjut dia, para pelajar juga dapat mengetahui sejarah dari masing-masing kain yang ada di pameran tersebut. “Sekarang memang kiblat fashion anak-anak muda sudah mengarah pada fashion kebarat-baratan, sehingga sangat minim sekali anak-anak muda yang mengagumi kain khas dari kotanya sendiri. Disini harapan kami bisa membuka pemikiran mereka untuk mencintai budaya khas dari daerahnya,” jelasnya.

Diakuinya, anak-anak muda saat ini hanya mengenal songket dan jumputan, sebagai kain khas Sumsel. Padahal selain dua jenis kain itu juga ada banyak kain yang lain. Ia menjelaskan, untuk songket dan jumputan pun sebenarnya ada puluhan jenis dan motif, dan masing-masing motif ada maknanya. “Songket itu sebenarnya sudah ada dari zaman Kerajaa Sriwijaya, bahkan saat masa Palembang Darusalam pun sudah dipakai. Tapi tidak banyak milenial yang paham soal ini. Karenanya pameran seperti ini akan jadi agenda rutin kita,” jelasnya.

Dalam pameran kain ini, masing-masing kain ditempatkan juga penjabaran terkait kronologis dan sejarah kain. Sehingga para pelajar bisa membaca deskripsinya dan menjadi pengetahuan bagi mereka. “Masing-masing kain ada sejarahnya, mulai dari kelahiran, pernikahan hingga kematian,” ucapnya. Kepala Dinas Pariwisata Sumsel, Aufa Syahrizal mengungkapkan, dengan adanya pameran seperti ini akan mampu mendongkrak kunjungan ke museum itu sendiri. 

Para pengunjung sendiri, bisa mendapatkan informasi tentang kain, serta dapat mengingat kembali terkait filosofi terhadap motif dan warna kain tradisional. Dengan begitu, para pengunjung utamanya kaum milenial dapat meningkatkan rasa cinta tentang kain produk Sumsel. “Sumsel punya banyak kekayaan budaya. Ada sebagian sudah trungkap dan ada sebagian belum diungkap dan belum dilestarikan. Awalnya kami ingin mengajak orang-orang untuk kenal museum,” jelasnya.

Ia menuturkan, sebagian generasi muda tidak mengenal kain-kain khas Sumsel. "Harapan kami kepada masyarakat dan generasi muda, kekayaan teksil kita itu sudah dikenal mancanegara, karenanya mereka juga harus mengetahui tentang hal ini. Untuk itu, kami akan menggelar seminar dan sosialisasi terkait hal itu," jelasnya.

Wakil Gubernur Mawardi Yahya mengatakan, para pemuda masa kini harus mengetahui dan mengenal motif dan corak pakaian yang digunakan pada masa prasejarah nenek moyong, masa revolusi hingga saat ini. Diakuinya, Pemprov melalui OPD terkait akan terus berusaha melestarikan keanekaragaman seni dan budaya lokal yang ada di daerah ini. Termasuk di dalamnya keberadaan pesona kain tradisional yang selama ini nyaris punah ditelan kemajuan zaman. “Sekarang yang penting adalah bagaimana kita mesosialisasikan pada generasi muda akan pentingnya arti budaya Indonesia yang merupakan warisan para leluhur. Kita Pemerintah Provinsi sangat peduli dengan cagar budaya, karena itu kita pasilitasi untuk di renovasi jika memang sudah tidak layak,” kata Mawardi.

Ia menambahkan, sudah menjadi tugas pemerintah dalam mempertahanakan adat istiadat sehingga tidak tergerus oleh derasnya budaya lokal yang masuk. Karena itu dia mengharapkan peran genegarasi muda untuk aktif ikut melestarikan warisan budaya dengan menggali kembali nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam seni tradisional. Seperti corak yang ada pada kain-kain tradisional yang diperkaya dengan motif, warna, teknik pembuatan dan kegunaannya. "Kita ketahui bahwa kain tenun seperti songket, batik, jumputan dan gebeng dengan motif khas Sumsel yang penuh nilai-nilai filosofis, merupakan salah satu daya tarik Provinsi Sumsel. Bahkan keberadaan kain juga merupakan bukti warisan peradaban masa lampau," kata Mawardi Yahya. 

Ia pun mengungkapkan ada kebanggaan sebagai orang Sumsel, dimana songket Palembang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia dengan kategori kemahiran dan kerajinan tradisional. "Kita juga harus bangga, mulai dari budaya sampai produk-produk yang dimiliki Sumsel kualitasnya tidak kalah dengan produk-produk dari luar Provinsi bahkan negara lain," terangnya.

Mawardi Yahya mengharapkan agar keanekaragamanan budaya yang dimiliki oleh Provinsi Sumsel dapat dipertahanakan. Untuk itu dia memintab Disbudpar dapat melakukan sosialisasi kepada generasi-generasi penerus untuk membentengi diri agar tidak terpengaruh dengan masuknya budaya luar yang merusak moral bangsa Indonesia. (Lan)
×
Berita Terbaru Update