Notification

×

Tag Terpopuler


Puluhan Ribu Ton Sampah Hasilkan Listrik dan Bio Sintetis

Wednesday, September 18, 2019 | Wednesday, September 18, 2019 WIB Last Updated 2019-09-18T13:57:40Z
(foto/net)
PALEMBANG, SP - Dengan nilai investasi Rp327 miliar, tumpukan sampah di TPA Sukawinatan akan diolah menjadi energi listrik dan Bio Sintetis yang bisa menggantikan solar. Sehingga tumpukan sampah tidak meninggalkan sisa dan lahan 25 hektar itu bisa dimanfaatkan untuk hal lain.

Kasubdit Penyiapan Program Bio Energi Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi, Trois Dilisusendi mengatakan, sistem Plastic To Fuel ini digunakan untuk menghidupkan kembali PLTSa yang sekarang tidak berjalan dengan maksimal. Sehingga jika sampai sekarang masih menggunakan sumur metan biaya operasional akan membengkak.

"Rencana perjalanan awal, PLTSa mampu menghasilkan 500 Kilo Watt (kW) listrik, namun hasilnya hanya 50 kW atau 10 persen saja," katanya, usai rapat Fisibility Study (FS) PLTSa dengan Plastic To Fuel, Rabu (18/9/2019).

Trois mengatakan, sampah yang diperlukan untuk menghasilkan listrik 500 kW ini membutuhkan 260 ton sampah perhari untuk menerangi 500-600 rumah tangga di sekitar PLTSa. Sementara untuk menghasilkan BBM Bio Sintetik menggunakan sampah 73 ribu ton perhari. 

"Listrik yang dihasilkan bernilai jual Rp1000 /kwh sedangkan Bio Sintetik seharga Rp5500 perliter, sudah diatur ketetapannya," jelasnya. 

Direktur NW Resourses Teddy Sujarwanto mengatakan, sistem Plastik To Fuel akan beroperasi selama 24 jam. Cara kerja sistem ini sampah plastik direbus dengan suhu tinggi. Kemudian hasilnya salah satunya mengeluarkan sin gas berguna untuk menggerakkan mesin PLTSa dan akhirnya menghasilkan listik. Kemudian selain itu menghasilkan liquid menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) Bio Sintetik.

Investasi untuk sistem ini semilai Rp327 miliar. Kerja sama ini dengan sistem Build Operation Transit (BOT) selama 20 tahun dan akan balik modal selama enam tahun empat bulan. "Enam bulan dari hari ini kita full operasi disana, kita memohon perizinan oleh pemerintah dipermudah," katanya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Palembang, Alex Fernandua mengatakan, untuk kesiapan penggunaan sistem pengolahan sampah dengan cara fuel ini sudah siap semua. Sebab berbeda dengan incenerator ataupun sumur metan yang perlu dibangun terlebih dahulu. Dengan sistem fuel ini hanya menggunakan alat khusus dan sudah dipersiapkan.  

"Alatnya sudah ada, untuk pelaksanaan sendiri paling lambat 2020 sudah berjalan. Tetapi jika bisa di tahun ini sudah dilakukan," ujarnya. (Ara)
×
Berita Terbaru Update