Notification

×

Tag Terpopuler

Olah Sampah Jadi Metan Tak Optimal, Pemkot Ganti Sistem Fuel

Thursday, September 05, 2019 | Thursday, September 05, 2019 WIB Last Updated 2019-09-05T09:48:28Z
Kepala Dinas Lingkungan dan Kebersihan (DLHK) Kota Palembang, Alex Fernandus (foto/net)
PALEMBANG, SP Tahun depan Pemerintah Kota Palembang akan mulai menjajal pengolahan sampah dengan sistem fuel menjadi tenaga listrik. Hal tersebut dilakukan setelah sempat mencoba mengubahnya menjadi gas metan melalui sumur yang sengaja dibuat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumawinatan namun tidak optimal.

Kepala Dinas Lingkungan dan Kebersihan (DLHK) Kota Palembang, Alex Fernandus mengatakan, cara pengelolaan sampah ini dengan memilah sampah plastik dijadikan fuel kemudian menghasilkan listrik. 

"Sampah plastik apat diurai menjadi bahan bakar cair atau fuel, pelet dan syngas yang dapat menghasilkan 500 KWH untuk pembangkit listrik, ini yang akan dilakukan di TPA Sukawinatan," katanya.

Alex mengatakan, untuk kesiapan penggunaan sistem pengolahan sampah dengan cara fuel ini sudah siap semua. Sebab berbeda dengan incenerator ataupun sumur metan yang perlu dibangun terlebih dahulu. Dengan sistem fuel ini hanya menggunakan alat khusus dan sudah dipersiapkan.  

"Alatnya sudah ada, untuk pelaksanaan sendiri paling lambat 2020 sudah berjalan. Tetapi jika bisa di tahun ini sudah dilakukan," ujarnya.
  
Terkait dengan penggunaan sistem pengolahan sampah baru ini, dirinya juga memastikan bahwa pengolahan dengan cara sebelumnya tidak dibiarkan. "Masih ada sumur metannya, karena menggunakan proses alam jadi tidak ditutup," katanya.  

Sebelumnya, Walikota Palembang, Harnojoyo mengatakan, melalui kerjasama dengan pemerintah pusat dan pihak ketiga ini dapat menjadi upaya mengurai masalah sampah di Kota Palembang. Apalagi, dalam satu hari sampah dapat mencapai 1.200, sedangkan yang terangkut hanya 600 sampai 800 ton perhari.

"Melalui sistem pengelolaan sampah ini, kita dapat mengurai sampah terutama sampah plastik. Mengingat plastik menjadi penyumbang sampah terbanyak dan sulit diurai," ujarnya. 

Belum lagi, terbatasnya TPA Sukawinatan yang kian padat. "Kondisi lahan 25 hektar sekarang sisa 5 hektar, maka perlu upaya pengelolaan agar tidak terus menumpuk," ujarnya. (Ara)
×
Berita Terbaru Update