Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Palembang Drs H Asnawi CK MM (foto/raf) |
PALEMBANG, SP - Perguruan sekolah swasta di Provinsi Sumatera Selatan semakin
gelisah, pasalnya angka siswa yang masuk setiap tahunnya semakin menurun,
sehingga beberapa sekolah swasta terancam tutup karena tak bisa menutupi biaya
operasional. Tak hanya di kota Palembang, bahkan nyaris di setiap daerah
di Sumsel menghadapi permasalahan yang sama terkait penurunan jumlah siswa di
sekolah swasta.
Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Palembang Drs H
Asnawi CK MM mengatakan, Salah satu
faktor yang menyebabkan sekolah swasta defisit siswa yakni ketidakpatuhan
sekolah negeri dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pada awal tahun
ajaran.
"Kelihatan jelas kalau sistem zonasi baik jenjang SD, SMP, dan
SMA/SMK ini mempengaruhi banyaknya sekolah swasta yang tidak kebagian
siswa," katanya, Senin (9/9/2019).
Dia melanjutkan terkait sistem zonasi yang diterapkan pemerintah
dalam PPDB baik jenjang SD, SMP, SMA/SMK juga sangat berpengaruh.
"Banyak sekolah negeri yang melebihi daya tampung (overload)
seperti menambah rombel/kelas. Jadi misalnya daya tampung hanya 10 kelas, malah
menerima 11 kelas. Dan mirisnya lagi seperti di Lubuklinggau dari 16 sekolah
swasta, 8 diantaranya nyaris gulung tikar alias terancam tutup," jelasnya.
Menurut dirinya bila sekolah swasta tidak diurusi maka
lama-kelamaan akan bubar. Dan terkait hal ini pihaknya berharap lewat kegiatan
pertemuan konsolidasi dan penguatan BMPS bisa membangkitkan dan memperkuat
sekolah swasta.
"Kami juga melakukan pendataan sekolah mana saja yang tidak
dapat atau kekurangan siswa. Selain itu juga menyampaikan pendapat ataupun
saran perbaikan tentang pendidikan kepada anggota, masyarakat terutama kepada
pemerintah," katanya.
Ditambahkan ketua Ombusman Sumsel, M. Adrian Agustiansyah SH MHum
mengatakan bahwa masalah kekurangan siswa dari sekolah swasta disebabkan
beberapa faktor diantaranya pendirian sekolah negeri tidak melihat kebutuhan
sekolah sekitar. "Selain itu, penambahan Ruang Kelas Baru (RKB) tidak menghitung
daya tampung sekolah lainnya terutama swasta," katanya.
Seperti di kabupaten Lubuk Linggau, untuk tahun ini yang harus
ditampung untuk jenjng SMA sebanyak 4.445 anak. Ternyata hampir seluruh
anak-anak sekolah masuknya negeri semua. Karena untuk negeri saja daya
tampungnya sudah tersedia 4.417 anak.
"Artinya daya tampung negeri sudah sama dengan yang baru
keluar (lulus SMP). Otomatis anak-anak larinya ke sekolah negeri semua,"
ujarnya.(Raf)