Hingga saat ini Persidangan Kasus Pembunuhan Kasir Indomaret Vera Oktaria Oleh Prada DP Masih berlanjut dengan agenda mendengarkan keterangan saksi-saksi |
PALEMBANG, SP - Sidang lanjutan Prada DP, terdakwa pembunuhan Vera Oktaria dengan menghadirkan saksi-saksi baru kembali berlanjut, Kamis (8/8/2019). Sidang yang di pimpin Oditur Mukholid, didampingi Mayor Chk Andi Putu dan Mayor Chk Darwin Butar Butar, pada agenda sidang menghadirkan 6 orang untuk bersaksi.
"Untuk agenda sidang lanjutan masih pemeriksaan saksi sampai habis, ada 6 orang saksi (sidang hari ini) mudah-mudahan semuanya hadir, Total saksi ada 16 termasuk akan kita hadirkan saksi ahli 2 diantaranya forensik dan jiwa gunanya untuk memastikan apakah terdakwa mengalami gangguan kejiwaan atau tidak dan jika memungkinkan juga akan dihadirkan saksi dari pihak penginapan " terang Mukholid.
Pada persidangan sebelumnya mengungkapkan bahwa saksi Elsa terus menyebut nama Dodi. Yang juga akan dihadirkan di persidangan.
Selain Dodi yang menjadi saksi nantinya diharapkan akan terungkap fakta-fakta baru yang di berikan oleh saksi-saksi yang hadir dipersidangan dan tidak menuntut kemungkinan akan ada nama-nama baru termasuk salah satunya yaitu Imam Satria (36) diketahui telah meninggal dunia sebulan setelah kejadian, yang disebut-sebut orang yang menyarankan terdakwa untuk membakar mayat korban.
Nama-nama Baru Muncul di Persidangan
Dalam dakwaan kasus Prada DP, nama Imam Satria (36) disebut sebagai orang yang menyarankan agar Prada DP membakar mayat Vera Oktaria. Imam adalah satu-satunya orang di luar lingkaran keluarga Prada DP yang tahu Prada DP baru saja membunuh Vera Oktaria. Imam adalah orang luar yang disebutkan oleh Elsa Eliza adalah teman dari Sahir, suami Elsa.
Belakangan Imam Satria diketahui sudah meninggal dunia. Ternyata Imam Satria yang dimaksud adalah pria yang ditemukan tewas tenggelam di Sungai Dawas Desa Pinang Banjar, Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin pada 22 Juni 2019 lalu. Yang ternyata pada tanggal 2 Juli lalu petugas forensik Polda Sumsel sempat membongkar makam Imam akan tetapi belum ada hasil dari pemeriksaan forensik terhadap mayat Imam.
Usai membunuh, Prada DP memberitahukan apa yang dilakukannya pada Dodi, Teguh dan Sahir. Ketiganya masih bisa disebut sebagai paman Prada DP. Sementara Imam adalah teman dari Sahir dan Teguh.
Berikut Kronologi Keterlibatan Imam Dalam Kasus Pembunuhan dan Mutilasi Terhadap Vera Oktaria
Pagi, 8 Mei 2019, usai membunuh Vera di kamar Penginapan Sahabat Mulia Sungai Lilin, Prada DP mulai berpikir bagaimana menghilangkan mayat Vera. Setelah itu pada pukul 06.00, Prada DP kemudian berpakaian dan keluar dari kamar dan menuju teras belakang penginapan tersebut.
Prada DP lalu masuk ke gudang yang tak ada orang di sana. Ia melihat ada sebuah gergaji besi bekas tidak bergagang. Prada DP lalu mengambil gergaji itu dan membawa ke kamarnya lagi. "Di dalam kamar terdakwa melepas pakaiannya dan hanya menggunakan celana dalam dan selanjutnya mambawa masuk mayat Vera ke dalam kamar mandi," kata Oditur.
Prada DP lalu merebahkan tubuh tak bernyawa Vera di samping kloset. "Terdakwa lalu memotong siku tangan kanan korban dengan gergaji yang diambilnya dari gudang. Sebelum tangan korban putus, gergaji yang digunakan patah," terang Oditur.
Lantas Prada DP lalu berpikir lagi bagaimana membuang mayat korban. Pada oukul 08.00, Prada DP lalu keluar kamar dengan membawa patahan gergaji besi dibungkus pakaian dengan tas ransel. Ia mengendarai sepeda motor milik Vera lalu pergi ke Jembatan Sungai Lilin. Di sana Prada DP lalu membuang pakaian dan gergaji besi itu.
Setelah itu Prada DP pergi ke rumah Dodi. Belakangan terungkap Dodi merupakan paman terdakwa Prada DP.
Pada Dodi, Prada DP lalu mengaku ia telah membunuh Vera Oktaria. Prada DP lalu memberi uang pada Dodi untuk membeli plastik besar untuk membuang mayat Vera. Setelah mendapatkan kantong plastik itu, Prada DP lalu berangkat ke pasar Sungai Lilin.
"Terdakwa membeli jeruk dan salak 1 kilogram dan gergaji besi Rp 50 ribu dan kembali ke penginapan," katanya. Sesampainya di penginapan, Prada DP lalu memberi salak tadi pada petugas resepsionis.
Ia lalu masuk kamar 06 lagi. Ia lalu membuka pakaiannya dan menggergaji tubuh korban lagi. Ia lalu melanjutkan memotong siku Vera sampai putus.
Ia lalu melanjutkan menggergaji bagian tubuh lain tapi kemudian gergaji itu kembali patah. Bingung, Prada DP lalu menelepon Teguh dan meminta dibelikan gergaji tapi ditolak.
Prada DP lalu pergi ke pasar Sungai Lilin lagi. Di sana ia lalu membeli tiga ransel. Namun sesampai di hotel Prada DP merasa tiga tas tadi kurang besar dan ia kembali ke Pasar Sungai Lilin lagi untuk membeli koper.
Prada DP lalu mengukur tubuh Vera dengan koper. Ia lalu meletakkan potongan tangan Vera ke koper itu. Ia lalu kembali lagi ke Pasar Sungai Lilin untuk membeli koper yang lebih besar sekitar pukul 10.00. Setelah itu ia kembali kemar dan meletakkan koper itu.
Prada DP merasa ia sudah tiga kali bolak-balik keluar lalu ke kamar. Untuk itu ia menutupi kecurigaan orang dengan berpura-pura menonton televisi. Ia lalu makan jeruk yang dibelinya tadi sambil tidur-tiduran.
Pukul 15.00, Prada DP lalu keluar membawa baju seragam indomaret milik Vera dan pakaian barang-barang lainnya. Pakaian itu lalu dibuang dari atas jembatan lagi. Prada DP lalu membeli gergaji kayu, kapak dan cutter.
Prada DP kemudian ke rumah Teguh untuk menitipkan ponsel milik korban dan miliknya. Teguh dan Prada DP lalu menelepon orang bernama Imam. Prada DP bertanya bagaimana cara menghilangkan mayat. Imam lalu memberikan ide, bakar saja.
Prada DP lalu menyuruh Imam untuk membeli perlengkapan dengan uang Rp 70 ribu. Setelah memndapatkan perlengkapan, Prada DP lalu pergi lagi ke penginapan Sahabat Mulia. Kemudian sesampai di kamar, Prada DP mulai mengeluarkan racun nyamuk berbentuk spiral dan merakit racun nyamuk itu dengan korek api agar jadi seperti pemicu kebakaran.
Ia lalu mengangkat mayat Vera dan meletakkkannya di atas kasur. Ia menyiram sedikit mayat Vera dengan bensin. Ia lalu meletakkan barang-barang yang sudah disiram dengan bensin ke atas tubuh Vera.
Namun saat memulai proses untuk membakar, Prada DP tiba-tiba mengaku kasihan. Ia kemudian menyiram racun nyamuk menyala yang jadi pemicu itu dengan air.
Pukul 17.30, Prada DP kembali ke rumah Teguh dan kembali bertemu dengan Imam. "Imam lalu bilang, masa sudah diajarin masih nggak bisa," kata Imam saat itu. Prada DP lalu kembali ke kamar penginapan. Ia lalu membakar lagi racun nyamuk itu. Setelah itu Prada DP meninggalkan kamar itu dan tak kembali lagi.
Ternyata belakangan racun nyamuk yang dijadikan oemicu itu tak berfungsi hingga akhirnya mayat Vera yang sudah membusuk ditemukan. Malam setelah meninggalkan Hotel Prada DP lalu pergi ke rumah kerabatnya dan bertemu dengan Leni, ibu Prada DP yang sudah di sana. (Fly)