PALEMBANG, SP - Puncak musim kemarau diprakirakan akan
berlangsung di Pulau Sumatera, di bulan Agustus sampai September. Musim kemarau yang terjadi saat ini membuat lahan-lahan pertanian di Sumsel
mulai mengering. Bahkan banyak varietas tanaman dan tumbuhan tumbuh tak baik
akibat musim kemarau ini.
Menurut Rektor Universitas Palembang, Zulkifli S. Mukti
mengatakan institusi berpean aktif dalam pemikiran mengatasi kesenjangan pangan di musim kemarau. .
"Tentu peran institusi sangat besar untuk
mengatasi masalah pangan ini. Kita mendukung Sumsel Lumbung Pangan seperti yang diutarakan Gubernur Sumsel, Herman Deru," ungkap dia, disela acara
yudisium ke 32 Fakultas Pertanian Universitas Palembang, Selasa (27/8)
Karena itu, pemikiran-pemikiran dari para lulusan
fakultas pertanian ini sangat diperlukan. Namun kenyataan sekarang peminat
fakultas pertanian makin menurun.
"Padahal ini sangat menyangkut hajat hidup
orang banyak dan pemikiran ini yang sangat diperlukan untuk kemajuan pangan
kita sehingga kita tak perlu impor lagi seperti beras, bawang dan lain
sebagainya,”ujarnya.
Ditambahkan, Dekan Pertanian Universitas
Palembang, Haperidah Nunilahwati, S.P, M.P Tak hanya itu,.Untuk mendukung lumbung pangan kita juga sudah
melakukan penelitian diantaranya pengembangan pupuk organik, hayati dan lain
sebagainya," ungkap dia
Apalagi saat ini, musim kemarau terbilang cukup ekstrem. Karena sudah banyak
lahan yang sudah mengalami kekeringan di beberapa wilayah di Sumsel.
"Seperti di Indralaya, saya pantau ada
beberapa lahan yang mulai kering dan terbakar. Ini yang sangat
disayangkan," ujarnya.
Ia mengatakan akibat kekeringan ini pastinya yang
rugi petani dan dampak yang ditimbulkan banyak. "Karena itu,
pemerintah harus cepat tanggap mengatasi musim kemarau yang mengakibatkan
kebakaran lahan dan hutan," tegas dia.
Lanjut dia, saat ini pihaknya menerapkan sistem
pertanian digital seiring perkembangan digital saat ini.
"Kita ada mata kuliah menyesuaikan kurikulum
juga. Dengan pertanian digital ini lulusan pertanian kita dibekali dengan
kemampuan digital," bebernya.
Tambah dia, lihat saja saat ini penggunaan mesin
robot untuk petani sudah banyak dan tak ada lagi yang manual. "Dengan
digital pertanian ini mahasiswa kita mampu menghadapi era digitalisasi saat in,” pungkasnya.(Raf)