PALEMBANG, SP – Kasus meninggalnya Wiko Jerianda (14) korban kejinya masa orientasi siswa baru SMA Taruna akhirnya diungkap.
Hal itu disampaikan Kapolresta Palembang Kombes Pol Didi Hayamansyah menyatakan pelaku berinisial HS merupakan kakak senior di SMA Taruna saat menggelar jumpa pers di lobi Mapolresta Palembang Kamis,(8/8/2019)
"Pelaku berinisial HS masih dibawah umur 16 tahun merupakan senior dari korban Wiko. Berdasarkan penyelidikan kami memang ada tidak kekerasan yang dilakukan oleh HS ini,"ucap Didi dihadapan awak media.
Dilanjutkannya alat bukti yang diamankan dari pelaku berupa tali sabuk warna merah yang digunakan untuk melakukan penganiayaan. Karena pelaku masih dibawah umur pihaknya tidak menghadirkan tersangka HS dihadapan awak media.
"Dia masih di rumah dan dikenakan wajib lapor sementara. Ancaman 15 tahun penjara apabila berkasnya sudah lengkap tinggal kita limpahkan saja,"pungkasnya.
Korban Wiko Jerianda merupakan calon siswa SMA Taruna yang mengikuti masa orientasi siswa (MOS) sama seperti korban meninggal akibat sistem perekrutan siswa tersebut. Sebelumnya Dewin Berli Juliandro (14) meninggal karena dianiaya pembina Oby Prisman (24) kasusnya telah rekonstruksi dan naik kemeja hijau.
Nah di hari yang sama ternyata ada dua kejadian penganiayaan yang dilakukan oleh pembina dan senior SMA Taruna. Saat dibincangi terpisah Kasat Reskrim Polresta Palembang Kompol Yon Edi Winara membenarkannya. Ia juga menceritakan secara detail kronologi kejadiannya.
"Korban adalah siswa SMA Taruna yang mengikuti MOS. Karena sakit dia tidak sampai selesai ikut MOS. Ternyata dia juga korban penganiayaan yang dilakukan kakak seniornya. Artinya pelaku penganiayaan terjadi disana ada dua lokasi dikegiatan yang sama lokasi berbeda jarak saja,"ucap Yon.
Dilanjutkan korban akhirnya meninggal setelah pihaknya menangkap pelaku penganiayaan sebelumnya oleh pembina. Pihaknya kemudian mendapatkan laporan dan melakukan penyelidikan dari hasil keterangan tim ahli dokter merawat disebutkan semua organ vital Wiko Jerianda tidak dapat lagi berfungsi itulah penyebab kematian almarhum.
"Dengan hasil keterangan dokter itulah membuktikan jelas ada tidak kekerasan. Kita lakukan pendalaman dan memeriksa 26 saksi yang akhirnya diketahuilah ternyata HS seniornya yang melakukannya,"beber Yon.
Disinggung apakah motif pelaku hingga tega melakukan tindakan keji tersebut. Yon menjawab korban selaku senior dan bertindak sebagai asisten pembina kesal dengan almarhum.
"Disuruh seperti ini seperti itu tidak mau makanya pelaku kesal. Akhirnya tindak kekerasan terjadi. Hasil penyelidikan sama seperti kasus sebelumnya pelakunya tunggal satu orang,"pungkasnya.
Sebelum Wiko Jerianda sempat dirawat di rumah sakit Rk Charitas, selama satu pekan. Almarhumah menghembuskan nafas terakhirnya, pada Jum’at (19/7) sekitar pukul 20.30 WIB.
Atas kejadian itu keluarga Almarhum melaporkan menjadi korban tambahan kekerasan proses penerimaan siswa baru MOS di SMA Taruna. (mlm)